D U A P U L U H D U A

7.1K 219 8
                                    

koreksi ya kalau ada typo, aku belum revisi soalnya langsung buru-buru update

happy reading🖤

Geo sudah mendengar kabar tentang putrinya. Jangan tanya kondisi Geo saat ini, jelas ia adalah orang yang paling hancur mendengar putrinya mendapat aksi pelecehan seksual. Satu-satunya keluarga yang ia punya adalah Gaia. Dan putri semata wayangnya itu telah berada diambang antara hidup dan mati.

Memang Gaia masih hidup, tubuhnya tiada yang terluka dan masih utuh tanpa cacat. Tapi jiwa gadis itu seolah melayang jauh. Sampai sekarang pun Gaia tidak bisa diajak bicara, tak bisa melihat pria bahkan dengan ayahnya sendiri.

Gaia mengalami trauma berat.

"Lo tau gue cuma punya Gaia," gumam Geo dengan suara pelan, tubuh pria itu lemas bukan main.

Sedangkan pria yang menjadi lawan bicara Geo hanya bisa memasang wajah datar yang khas. Meski dalam mata pria itu penuh dengan rasa bersalah yang amat dalam.

"Sebelum anak lo datang, anak gue masih ceria, suka makan ice cream, suka nonton festival, suka denger cerita, suka ...." Geo tak kuasa melanjutkan kalimatnya.

"Sekarang dia udah hancur Skala. G-gue ... gue nggak becus jadi ayah."

Mata pria berusia 38 tahun itu memerah dengan bulir bening di pelupuk yang siap jatuh kapan saja. Dadanya seperti terhimpit dua batu yang ditimpa bersamaan.

Mereka tengah berada di kediaman Geo. Skala hanya bisa membantu dengan memberikan dokter psikolog terbaik untuk merawat Gaia. Tapi semua seakan percuma, tiada kemajuan. Gadis malang itu masing sama, tidak bisa diajak bicara dan berinteraksi dengan pria.

"Gaia nggak punya ibu. Lo tau istri gue udah meninggal sejak dia lahir dan cuma gue yang ngerawat dia dari bayi. Lo tau semua itu, tapi kenapa La? Salah apa gue sama keluarga lo  sampai-sampai dia harus nanggung musibah seberat ini?"

Tidak ada yang bisa dikatakan. Skala hanya diam mendengarkan. Membiarkan Geo mengeluarkan isi hatinya.

"Anak gue nggak bisa berinteraksi sama lawan jenis. Sedangkan gue laki-laki, ibunya udah nggak ada. Gimana caranya buat nenangin anak gue? Gimana La?"

"AAAAAAKHHHH!!!"

Atensi keduanya teralih pada ruangan putih yang sengaja dibuat tidak kedap suara. Mereka berlari menuju sumber suara. Psikolog yang menangani Gaia sudah pulang sejak satu jam yang lalu dan kini sudah harus kembali ke sini untuk mengurus Gaia kembali. Skala menghubungi nomer psikolog yang menangani Gaia. Sedangkan Geo berusaha untuk mendekat namun tetap tak bisa berbuat apa-apa.

"Sayang, tenang ya. Lihat, ini Papa sayang."

Jika situasi ini terjadi beberapa minggu sebelum musibah yang menimpa Gaia pasti gadis itu sudah berlari dan memeluk sang ayah. Tapi kini berbeda. Tidak ada pelukan yang Geo rasakan yang ada adalah tatapan penuh ketakutan yang tercetak jelas dikedua mata anaknya.

"PERGI! PERGI! KALIAN PENJAHAT! PERGI! AKHHH PERGI!"

Gaia berteriak histeris. Gadis itu menggosok tubuhnya dengan tangan dilanjut dengan aksi mencakar kulitnya hingga memerah. Sebagian kulitnya terkelupas memanjang hingga darah segar samar-samar ikut keluar dari balik dagingnya yang terkoyak hingga masuk ke sela-sela kukunya yang memanjang.

"Jangan sayang, tolong jangan kayak gini," kata Geo dengan tangan terulur yang mengambang, tak bisa berbuat apapun.

Mata coklat terangnya sudah basah dengan air mata. Hatinya kembali hancur melihat putrinya kini berteriak sembari mencakar seluruh tubuhnya.

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang