B a b _ t i g a p u l u h s e m b i l a n

3.2K 352 38
                                    

"Perasaan wanita sulit diterka."
. . . . .

Tidak ingin kembali mengulang kesalahan yang sama yang membuatnya terjebak dalam situasi yang menyulitkan. Terlepas dari apa motif dari gadis yang kini nampak ceria duduk disampingnya mendekatinya, Gala hanya ingin menegaskan sejak awal bahwa jika perasaan suka yang kemudian membawa gadis itu berada dihadapannya. Fara, gadis itu tidak akan mendapatkan apapun selain penolakan darinya.

"Fara." Panggil Gala. Fokusnya masih terarah kedepan, pada jalanan yang cukup padat. Yang dipanggil menoleh dengan kedua sudut bibir terangkat sempurna.

"Iya, kenapa?"

"Sesuai permintaan Papah saya. Selama tiga hari ini saya akan mengantar kamu kemanapun kamu ingin pergi. Hanya sebatas itu."

Kedua mata Fara lantas menyipit. Menatap sepenuhnya Gala yang sepertinya enggan sekali bertemu tatap dengannya. "Apa ini? Aku ditolak? Pendekatan aja baru ditahap pertama." Fara tersenyum miring. "Padahal hati orang nggak ada yang tahukan? Siapa sangka kalau ujungnya malah kamu yang suka aku duluan." Tuturnya seraya terkekeh.

"Mustahil itu terjadi." Ujar Gala yakin. "Usia kamu bahkan masih sangat muda. Lebih baik kamu fokus untuk menyelesaikan pendidikan kamu dulu. Main yang puas sama teman-teman kamu. Explore sebanyak-banyaknya. Menyukai seseorang yang tidak menginginkan kamu hanya buang-buang waktu."

Fara kembali terkekeh, kali ini ringan tawanya berhasil menarik atensi Gala. "Enggak ada yang perlu aku khawatirkan soal masa depan. Papi punya kekuasaan, punya banyak uang juga. Aku dilahirkan cuma buat seneng-seneng. Lagian Aku pikir kalau laki-laki itu kamu, nggak ada yang namanya buang-buang waktu." Sautnya ringan.

Gala hanya menggeleng tidak habis pikir. Nafasnya terhela panjang. "Saya sudah punya anak Fara. Bukan prioritas saya lagi buat mikirin soal suka-sukaan. Jadi saya benar-benar berharap kamu tahu batasan kamu. Saya nggak ingin disalahkan atas sakit hati kamu nantinya." Jujur Gala. Melalui ekor matanya ia dapat melihat kedua mata Fara yang membola untuk sesaat.

"Anak?" Beonya. Tawanya terumabar sumbang. "Yang bener aja. Anak?" Wajahnya yang selalu tampak ringan, seketika berubah tertekan.

"Iya anak. Saya suadah punya anak." Gala kembali menegaskan. "Yang artinya saya sudah memiliki wanita yang saya cintai." Gala kembali melirik gadis disampingnya.

Kedua mata mereka saling bersitatap untuk beberapa detik sebelum Fara memutuskan untuk membuang wajahnya kesamping. Ke arah jalanan yang hanya di isi oleh padatnya kendaraan. Kesedihan itu nampak terlihat jelas. Membuat perasaan bersalah tidak mampu Gala tepis keberadaannya.

"Maaf. Saya menghargai ketertarikan kamu. Tapi saya nggak bisa. Karena samapai kapanpun saya cuma ingin mencintai Perempuan yang sudah melahirkan anak saya." Belajar dari pengalaman. Ia tegaskan tentang apa yang menjadi keinginannya.

Matanya sesekali ia alihkan pada Fara yang setia bungkam. "Gak usuh murung gitu. Laki-laki bukan cuma saya."

"Tau. Tapi aku sukanya sama kamu."

"Baru suka. Nanti lama-lama juga ilang." Jelas Gala seraya memutar kemudinya. Membuat Fara yang semula membuang wajahnya melirik heran.

"Saya ajak anak saya. Biar kamu percaya kalau saya nggak lagi mengada-ada." Jelasnya.

"Ih kok gitu. Aku nggak mau!" Tolak Fara. Rengekannya, Gala tidak terpengaruh sedikitpun.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang