B a b _ d e l a p a n

13.6K 980 109
                                    

"Ada yang bilang, katanya jangan memulai hubungan bersama
orang yang belum selesai dengan masa lalunya."
. . . . .

Renja tersenyum, memperhatikan Gian yang tengah berjongkok membenarkan tali sepatu milik Jeva

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renja tersenyum, memperhatikan Gian yang tengah berjongkok membenarkan tali sepatu milik Jeva. Keponakannya yang akhir-akhir ini sering laki-laki itu titipkan kepadanya. Untuk alasan pastinya Renja tidak pernah bertanya pun tidak juga memiliki niatan untuk ingin tahu urusan keluarga orang lain. Karena Renja malah senang karena kehadiran Jeva membuat Shaga menjadi tidak kesepian.

"Lagian kenapa sih pake turun segala, jatohkan. Untung gak luka." Gian mengomel. Pusing dengan kelakuan sang keponakan yang terlalu banyak tingkah. Padahal perempuan. Tapi kelakuannya benar-benar selalu berhasil membuat Gian mengelus dada sabar setiap hari. Seperti sekarang, tepat didepan matanya ia baru saja melihat sang keponakan jatuh karena tali sepatunya yang terlepas.

"Dah sana naik. Kita pulang!" Suruh Gian. Alih-alih sebagai Om, Gian lebih terlihat seperti seorang Papah muda yang baru saja ditinggal istrinya.

"Jeva nggak mau pulang Om. Mau disini aja sama Shaga." Tolak Jeva.

"Mainnya besok lagi. Hari ini kan kita harus jemput Mamah Jeva di bandara. Jeva emangnya nggak kangen?"

Mendengar itu Jeva menepuk keningnya pelan. "Jeva lupa Om." Ujarnya lalu nyengir.

Melihat itu, Gian hanya memutar bola matanya malas lalu langsung membopong keponakannya masuk kedalam mobil. Setelah memastikan keponakannya duduk dengan nyaman, perhatiannya Gian lalu beralih kepada sepasang ibu dan anak yang hanya diam, memperhatikannya. Kalau Gian tidak salah. Takutnya dia ke ge'er an aja.

"Makasih Ren udah mau nganterin saya."

Renja mengangguk. "Sama-sama."

Ada jeda untuk sesaat. Urusannya dengan Renja sudah selesai, namun rasanya Gian enggan sekali untuk beranjak. Terlebih ketika ingatannya kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu. Hatinya tersentil, ada sakit yang Gian yakini berasal dari perasaannya yang entah kenapa menjadi begitu sensitif.

Gian bukan orang bodoh. Jelas ia menyadari bahwa pertemuan Renja dengan seorang laki-laki tadi bukanlah pertemuan biasa. Ada satu hal besar yang entah bagaimana Gian mengartikan itu sebagai sebuah ancaman terhadap perasaannya untuk Renja. Terlebih ketika dengan begitu jelas Gian menyadari wanita dihadapannya ini yang mendadak murung. Meski Gian yakin jika Renja sudah sekuat tenaga untuk menyembunyikannya. Binarnya tetap saja berbeda.

Satu hal yang kemudian rasanya ingin sekali Gian tanyakan jika tidak ingat fakta bahwa ia bukanlah siapa-siapa.

Perasaan tertariknya hanyalah tanggung jawabnya.

"Om gak lupa kan kalau harus jemput Mamah Jeva di bandara?" Satu pertanyaan yang kemudian menyadarkan Gian jika ia sudah terlalu lama diam sambil menatap Renja.

Dan Shaga tidak pernah tidak berhasil membuat Gian merasa tertohok dan malu sebagai seorang laki-laki dewasa.

Dan Shaga tidak pernah tidak berhasil membuat Gian merasa tertohok dan malu sebagai seorang laki-laki dewasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Where stories live. Discover now