B a b _ e n a m b e l a s

7.6K 588 49
                                    

"Tidak diberi kesempatan bukan berarti tidak memiliki kesempatan."

Boleh ramin?

Maafken jika banyak typonyaa
. . . . .

Dengan kedua tangan yang nampak kepayahan membawa tiga tumpuk kardus sekaligus, melalui sela-sela matanya Shandy menatap bangunan di hadapannya dengan resah. Matanya sesekali ia alihkan kepada atasannya yang juga kini sama tengah menatap bangunan dihadapan keduanya dalam diam.

"Ayo masuk. Saya capek, ingin segera istirahat." ujarnya, namun kakinya sedikitpun tidak bergerak.

Sejenak menghela nafas panajang, tanpa berkomentar apapun Shandy langsung menggerakan kakinya.

Sampai dihadapan pintu keduanya kembali diam.

"Tunggu apalagi?" Tanya Gala tidak sabaran.

"Kuncinya di saku celana saya pak. Tolong ambilkan." Pintanya. Gala memutar kedua matanya malas. Lalu tanpa mengatakan apapun kedua tangannya langsung mengambil alih tumpukan kardus dalam dekapan  Shandy.

"Cepat buka pintunya!" Perintahnya.

Segera Shandy merogoh saku celananya. Lalu membuka pintu rumah sederhana itu pelan, pelan sekali hingga pintu itu mengeluarkan bunyi seperti bunyi-bunyi pintu di film horor yang pernah ditontonnya. Sedangkan kepalanya ragu-ragu mengintip kedalam. lagi-lagi menimbulkan decakan kesal dari atasannya.

"Kamu itu lagi apa sih? Jangan nakut-nakutin sendiri, yang ada setannya malah makin suka buat godain kamu!" sembur Gala.

Shandy menelan ludahnya guna membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Maaf pak," ujarnya.

Tidak sabar, Gala langsung bergegas masuk. kakinya melangkah membawa tuannya menghampiri sofa ruang tamu. Meletakan tiga kardus tersebut diatas meja, sedangkan kedua mata Gala kembali mengedar. Menjelajahkan matanya, mengamati setiap sudut rumah yang dalam beberapa waktu kedepan akan menjadi tempat tinggalnya.

Rumah sederhana dengan tiga kamar berukuran sedang ini, Gala cukup menyukainya. Tidak terlalu banyak barang, sehingga rumah dengan model minimalis tersebut jadi terlihat lebih luas dari seharusnya.

Gala hanya mengganti beberapa barang yang sudah tidak layak pakai. Selain karena rusak, barang-barang tersebut juga sudah terlalu tua.

"Pilih sendiri kamu mau kamar yang mana," Ucap Gala seraya berjalan menuju salah satu kamar yang berdampingan langsung dengan rumah milik Renja.

Shandy yang semula baru saja akan mendudukan bokongnya kembali berdiri , terkejut. "Kita nggak sekamar pak?"

Spontan Gala menghentikan langkah kakinya lalu menengok kebelakang hanya untuk memelototi sekertarisnya tersebut.

"Kamu mau saya pukul!?"

.

.

.

.

"Haira! jangan gila kamu!" Untuk pertama kalinya Ardhan meninggikan suaranya kepada sang adik kembar. Ternyata, kesabarannya yang luas bahkan tidak cukup untuk menghadapi sang adik yang kian hari kelakuannya membuatnya nyaris frustasi.

"Gila apanya? aku hanya minta ijin tiga hari untuk ke sana." ujarnya. Tidak terima akan bentakan yang ia terima hanya karena permintaan sepelenya.

Ardhan menggersah. "Kamu itu dokter Haira! Kamu nggak bisa seenaknya begini. Jangankan tiga hari kamu meninggalkan pasien kamu, setiap detiknya bahkan sangat berharga bagi mereka. Kamu mikir nggak sih?" Taruhannya nyawa pasien kamu!"

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang