B a b _ t i g a p u l u h d e l a p a n

3.8K 302 50
                                    

"Bersamanya adalah ketidakmungkinan yang dimungkinkan."

. . . . .

Jika bukan demi menghargai Pak Ghani, rekan kerja yang sudah menjalin kerja sama dengan perusahaannya sejak lama. Menuruti apa yang dikatakan oleh Papahnya adalah suatu tindakan yang sia-sia.

Tidak! Gala tidak sedang mengkonfrontasi tentang bagaimana Papahnya memberikannya sudut pandang lain atas apa yang kini sedang menimpa hidupnya. Sebagai seorang anak yang pengalaman hidupnya tentu belum sebanding dengan Papahnya, tentu Gala percaya bahwa semua yang dikatakan Papahnya adalah hal yang benar.

Tidak ada yang salah dengan kembali melanjutkan hidupnya, bahkan itu adalah sebuah keharusan. Namun, Gala tidak setuju pada bagaian dimana Papahnya seolah sedang berusaha mendekatkannya dengan gadis bernama Fara itu.

Bagai Gala, patah hatinya tidak akan sembuh dengan kembali membuka hatinya untuk perempuan lain. Perasaannya untuk Renja bukan hal yang mudah untuk dilupakan begitu saja. Setelah semua hal yang sudah ia lalui hingga titik ini, bagainya kembali memulai hubungan baru bersama perempuan lain sama saja dengan ia mengkhianati dirinya sendiri.

Saat ini ia hanya akan terus berusaha menjadi Papah yang baik buat anaknya. Soal asmara, sekalipun tidak pernah terlintas lagi dalam benaknya jika itu bukan dengan Renja. Meski saat ini ada manusia cantik yang tanpa sungkan menggandeng tangannya manja. Dipertemuan pertama mereka. Tolong ini dicatat. Pertemuan pertama! Bukan Gala tidak berusaha untuk melepaskan diri, hanya semakin ia berusaha untuk melepaskannya, kalungan tangan di lengannya malah semakin erat.

Nafasnya berhembus kasar, "Bisa tolong dilepas nona?"

Si tersangka justru terkekeh menanggapi itu. "Kenapa? Kamu sudah dengarkan kalau aku tertarik sama kamu. Mana mungkin aku menyia-nyiakan ini." Ucapnya seraya tersenyum menggoda. Membuat Gala membeku atas jawaban terlalu jujur itu.

"Saya pikir kamu tidak tahu malu mengatakan itu dipertemuan pertama kita."

"Malu?" Perempuan itu tertawa geli. "Kenapa harus malu? Aku nggak lagi telanjang didepan kamu." Kelakarnya yang malah semakin membuat Gala tidak habis pikir. Tanpa mengatakan apapun lagi segera ia cengkram lengan gadis disampingnya untuk melepaskan kalungan tangannya dilengannya. Ia juga melepaskan koper milik perempuan itu di genggaman tangannya.

"Tidak kah kamu sedang merendahkan diri kamu sendiri?"

"Kamu mau aku beneran ngelakuin itu?" Fara balik bertanya dengan kedua mata menatapnya ingin tahu.

"Gila!"

Lantas Gala meninggalkannya begitu saja.

Mimpi apa ia semalam dipertemukan dengan perempuan aneh bin nyeleneh itu.

Langkahnya bergegas cepat, meninggalkan Perempuan yang bukannya merengek karena ditinggalkan justru malah tergelak renyah. Entah apa yang Perempuan itu tertawakan.

Kembali merih kopernya yang Gala tinggalkan. Tidak berselang lama, Perempuan itu langsung mengejar Gala.

"Tungguin!"

Gala tidak menggubris. Langkahnya berpacu cepat.

"Kamu tahu, aku pulang ke sini cuma karena Papi bilang aku punya kesempatan buat deketin kamu." Fara masih berusaha menyamakan langkahnya.

"Dan aku seneng banget karena kamu mau menemuiku hari ini. Padahal kata Om Bama aku jangan terlalu banyak berharap. Soalnya kamu baru aja ditolak_" Cerocosnya buka-bukaan. "Aku gak papa kok untuk sementara jadi pelarian kamu." Imbuhnya. "Tapi aku bisa pastiin setelahnya kamu bakal beneran suka sama aku." Ucapnya percaya diri.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Where stories live. Discover now