B a b _ s a t u

22.8K 1.5K 128
                                    

"Tanpanya, mustahil ia bisa bertahan dan menerima keadaan."
. . . . .

Kuyy ramein biar makin semangat up.

Bolehh?

.
.
.

Bagi Renja tidak ada hidup yang sempurna bahagia. Semua orang sama-sama tengah berjuang dengan proses yang tidak mudah. Keluhan yang tidak dapat ditahan serta rasa sakit yang seolah sudah menjadi bagian dari dewasanya seseorang.

Di posisi duduknya Renja tersenyum samar. Rambutnya yang dulu selalu ia potong sebahu, kini ia biarkan memanjang hingga nyaris mencapai bagian tengah punggungnya.

Menatap kertas dihadapannya, pensil di antara sela-sela jarinya hanya menggantung begitu saja diatas kertas yang sudah dihiasi guratan-guratan yang membentuk sebuah sketsa gaun dengan model A-Line.

Di saat sendiri, kadang beberapa kilasan mengenai masa lalunya Renja tidak kuasa untuk tidak mengingatnya. Terhitung waktu 7 tahun ia menepi dan memilih untuk membangun hidupnya sendiri, nyatanya rasa sakitnya masih terasa begitu membekas. Terlebih ketika rasa rindunya kepada sang Papah kian merangsak. Ketika hal itu terjadi, Renja hanya mampu menengadahkan kepalanya dengan kedua mata yang terpejam erat.

Sudah sejauh ini dan ketika dimana ia kembali teringat akan masa lalunya, Renja sungguh begitu merasa bersalah. Ada begitu banyak orang yang ikut berkorban untuk membawanya bangkit agar kembali bisa berdiri diatas kakinya sendiri.

Menghela nafas panjang, perhatianya lalu teralih ketika melalui dinding kacanya Renja melihat dua orang yang tengah berdebat sengit itu masuk ke butiknya. Segera Renja bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari ruangannya untuk menghampiri dua orang berbeda generasi tersebut.

"Sehari aja kalian nggak ribut apa bisa?" Renja buka suara. Langkah kaki jenjangnya membawa ia pada sosok laki-laki mungil yang langsung melepaskan tangan kecilnya dari genggaman tangan wanita dewasa yang kini menatapnya malas.

"Anak kamu itu bener-bener Renja. Bikin Tante darah tinggi tau!" Keluhnya.

Anak laki-laki yang sudah berada dipelukan Renja pun melepaskan pelukannya untuk kembali menghadap Nenda nya dan menyahuti.

"Shaga kan udah bilang kalau bisa pulang sendiri. Gak usah jemput. Nenda disini aja nemenin Mamah." Belanya yang seketika membuat Renja bingung harus bereaksi seperti apa.

"Banyak orang jahat Shaga. Kamu kalau diculik gimana?"

"Kata Mamah kalau ada orang asing deketin terus ngajak-ngajak pergi jangan mau. Yaudah nanti tinggal lari aja kalau ketemu orang asing. Gampangkan?" Jawabnya yang membuat Raiyana benar-benar berang oleh kelakuan anak dari keponakannya itu.

"Keras kepala!"

"Nenda yang bawel!"

"Nenda gini karena khawatir. Sayang sama kamu."

"Tahu! Tapi untuk pulang sekolah Shaga bisa pulang sendiri!"

"Bahaya! Banyak orang jahat!"

"Ya ampun nee." Itu adalah panggilan Shaga untuk Nenda nya jika sudah merasa sangat kesal.

"Sekolahan Shaga cuma disebrang butik ini. Deket, deket banget." Gemasnya. Anak laki-laki berusia 6 tahun itu sampai menggeratkan giginya saking gemasnya.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Where stories live. Discover now