B a b _ t i g a p u l u h d u a

5.9K 565 59
                                    

"Ternyata ia adalah sumber kesakitan cintanya. Jadi, mustahil untuk mereka bersama?"
. . . . .

Dengan wajah ditekuk Renja duduk dikursih belakang bersama Shaga disisinya. Membiarkan Gala menyetir dengan wajah sama masamnya. Dipadatnya jalan raya, keheningan justru melanda mereka. Pun dengan Shaga yang sejak tadi hanya diam seraya melihat keluar jendela.

Ketika mobilnya melewati Mall paling besar di kota. Melalui kaca depan, Gala sejenak mengalihkan atensinya kepada sang anak.

"Shaga. Kapan-kapan, ayo kita main kesana. Ada banyak sekali wahana permainan. Kamu pasti suka." Ujar Shaga. Senyumannya terukir indah, kedua matanya sesekali menatap pada sang anak yang nampak tertarik.

"Bolehkah?"

Seraya tersenyum, Gala mengangguk mantap. "Boleh do_"

"Tidak." Saut Renja cepat. Perhatiannya lalu ia pusatkan pada Shaga. "Kita disini buat nemenin kakek. Nggak ada main-mainan."

Tak pelak kalimat yang baru saja Renja ucapkan membuat badan Shaga yang semula tegak kembali lemas.

"Ah, Okey Mamah." Ucapnya menurut. Meski raut kecewa jelas sekali tercipta disana. Renja sepertinya sedang tidak ingin berbelas kasih. Perempuan itu justru menganggukan kepalanya dan kembali menatap jalanan melalui kaca jendela.

Sedangkan Gala. Ditempatnya nafasnya terhela panjang.

Sabar.

Tidak mungkin mereka berdebat langsung dihadapan Shaga.

"It's okey. Kita bisa mencobanya nanti setelah kondisi kakek membaik. Masih ada banyak waktu." Ucap Gala.

Lampu berubah merah.

Dengan begitu kali ini kepalanya ia tengokan kebelakang. Secara langsung menatap Shaga dengan memamerkan matanya yang menyipit karena tersenyum.

Shaga tidak merespon apapun. Kedua matanya hanya melirik pada sang Mamah.

"Nggak ada pergi-pergi nak. Kita disini buat nemenin kakek berobat. Kalaupun kamu mau main, nanti main sama uncel Chan, uncel Hanaf aunty Nadi sama aunty Kira aja. Kebetulan hari Sabtu mereka mau main kerumah buat jenguk kakek." Jelas Renja. Tatapannya masih tertuju ke luar. Hingga ketika tidak mendapatkan sahutan apapun dari sang anak, Renja baru mengalihkan atensinya kepada sang anak.

"Kok diem aja? Shaga gak mau main sama uncel sama aunty juga?"

Shaga menggeleng. "Iya Mamah. Gak ada main-main diluar."

Mendengar jawaban itu Renja mengangguk puas. Satu tangannya terangkat guna mengelus puncak kepala sang anak. Dalam hatinya, perempuan itu mengucapkan beribu kata maaf. Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang keliru. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan keduanya terus bersama. Bagaimana jika nanti Shaga terbiasa dengan kehadiran Gala. Serapat apapun ia menyembunyikan fakta jika Gala adalah sang Papah yang beberapa kali Shaga tanyakan, darah lebih kental daripada air. Naluri dan ikatan batin anatara anak dan orang tua tidak akan mungkin kadaluarsa hanya karena waktu yang lamanya tidak seberapa.

Diraihnya badan mungil sang anak lalu Renja peluk erat. Tidak lupa juga kecupan-kecupan kecil ia bubuhkan dipuncak kepala sang anak.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Where stories live. Discover now