B a b _ t i g a p u l u h

6K 537 65
                                    

"Kembali berpijak pada kenangan."
. . . . .

"Mamah kira kamu lupa jalan pulang ke rumah."

Kalimat sarkas tersebut langsung meluncur dari mulut Lita ketika matanya bersitatap dengan manik kelam milik sang anak.

"Gala capek mah. Ngomelnya di pending dulu yah?" Ujar Gala. Pria dewasa itu kemudian langsung melewati pintu. Mengabaikan begitu saja sang Mamah yang menatapnya malas.

"Mandi, habis itu makan. Mamah sudah siapkan udang saus tiram kesukaan mu."

"Hem."

"Jangan cuma ham hem ham hem. Kamu makin kurus begitu, minimal beli makanan yang enak kalo lagi diluar. Semenjak kamu mutusin buat tinggal sendirian, Mamah juga gak bisa masakin kamu tiap hari." Komplen Lita.

"Iya Mah, nanti Gala makan." Saut Gala serya terus melanjutkan langkah kakinya. Kaki jenjang itu menaiki setiap anak tangga satu persatu, menuju kamar yang beberapa bulan belakangan dibiarkan kosong begitu saja oleh penghuninya.

Masih ditempatnya berdiri, raut wajah galak Lita seketika berubah sendu. Sebagi seorang yang melahirkan dan membawa Gala kedunia, mustahil jika ia tidak menyadari setiap perubahan yang dialami oleh anak satu-satunya tersebut.

Hatinya, tidak pernah satu haripun terlewati tanpa mengkhawatirkan anaknya tersebut.

Gala seolah-olah menajuh dari hiruk pikuk dunia. Mengisolasi dirinya. Lita bahkan sudah lama sekali tidak melihat kedua mata anaknya yang menyipit karena tertawa. Namun terlepas dari itu semua, Lita begitu bersyukur karena sang anak mau bangkit untuk melanjutkan hidupnya yang seperti mendadak berhenti karena situasi yang sebelumnya sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Anaknya bagaikan kehilangan pijakan. Gala hancur oleh kesalahan yang setiap hari menyakitinya kian dalam.

Lukanya bahkan tidak sembuh oleh waktu.

Lita menghela nafas panjang. Berusaha mengenyahkan rasa sesak yang mulai melingkupi dadanya.

Ketika akan beranjak kedalam. Langkah kaki wanita paruh baya tersebut terhenti karena dua buah mobil yang melaju dan memasuki halaman rumah Wira yang sudah beberapa hari ini sepi dengan rumah yang gelap gulita.

Awalnya Lita hanya ingin melihat siapa orang dibalik mobil tersebut lalu akan kembali masuk kedalam rumah, namun siapa yang akan menyangka ketika kedua matanya justru menangkap kehadiran Renja. Remaja yang dulu sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, kini baru saja keluar dari dalam mobil dengan tampilan yang jauh lebih dewasa dari terakhir kali ia melihatnya.

Cantik sekali hingga Lita tidak kuasa menahan lonjakan rasa haru dan sedih yang bercampur menjadi satu. Tidak perduli dengan respon seperti apa yang akan Renja berikan padanya, tidak perduli sekalipun ia bukan siapa-siapa dihidup Renja. Perempuan itu lantas langsung bergegas. Bahkan berlari ketika dirasa langkah kakinya tidak kunjung juga sampai pada kediaman Wira.

"Renja." Panggil Lita ketika Renja sudah hampir memasuki rumah yang sudah begitu lama tidak lagi dipijaknya.

Kontan seruan Lita membuat yang punya nama merasa terpanggil. Renja yang langsung menengok kebelakang di ikuti oleh Wira dan Raiyana. Dalam gandengannya kepala mungil Shaga bahkan ikut menengok ingin tahu.

Renja masih belum mengucapkan kata apapun. Hanya kedua manik matanya yang menatap Lita sendu. Berusaha keluar dari keterkejutannya, senyum simpulnya kemudian terbit. Membuat Lita yang semula ragu untuk mendekati langsung membawa tubuh Renja yang kini tingginya bahkan sudah melebihi dirinya untuk ia peluk.

Kisah Yang Belum Usai (Lengkap) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora