26. Wafat

6 1 0
                                    

"Kau mengizinkan Arthur pergi?!" Bentak Aldebaron tepat sesaat setelah Aland menjawab pertanyaan ayahnya tentang adiknya.


Aland menganggukan kepalanya, sekuat tenaga untuk tidak terlalu menatap ayahnya yang terlihat sangat marah pada dirinya.

Terdengar helaan napas panjang dari Aldebaron. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, karena kau tahu Arthur bukanlah vampir biasa. Kau tahu benar tentang itu, tapi kau justru membiarkannya pergi begitu saja ke luar sana, ke Barat? Itu jauh sekali."

"Kau selalu memikirkan tentang Arthur."

Aldebaron mengernyit menatap Aland. "Apa yang kau katakan?"

Aland menatap ayahnya dengan tatapan dingin dan datar miliknya. "Kau selalu memikirkan segala hal tentang Arthur padahal sekilas kau bahkan tidak tampak mempedulikannya."

Aldebaron terpejam sesaat. "Mengapa kau tidak mengerti juga, Aland? Setelah apa yang kau lihat dan ketahui tentang Arthur, tapi kau berpikir aku lebih memperhatikannya? Jelas aku memperhatikannya, aku mengawasinya, karena kalau dia kembali seperti dulu dan kita tidak ada di sana untuk mengendalikannya, maka dia bisa menghancurkan kerajaan ini. Lebih buruknya dia dapat menghancurkan seluruh klan dan negeri ini! Negeri yang akan kau pimpin nanti, apa kau mau itu semua hancur di tangan Arthur?"

Aldebaron meninggikan suaranya sampai membuat Aland tersentak kaget. Dia bahkan tidak berpikir sejauh itu dan melupakan detail kecil tentang masa lalu kelam Arthur. Arthur yang sekarang berada di luar sana memanglah Arthur yang biasa, yang masih memegang kendali penuh terhadap kesadaran dirinya, tetapi tidak ada yang tahu situasi seperti apa yang akan dihadapi Arthur di luar sana yang dapat memicu kemungkinan terburuk terjadi.

"Sekarang kau bertanggungjawab penuh atas kekacauan yang terjadi di negeri ini, Aland. Kau bertanggungjawab juga sepenuhnya atas Arthur mulai malam ini, mulai detik ini, Aland." Aldebaron menatap sendu, tatapannya yang tadi tegas kini melunak dan melemah, karena dia perlahan menyenderkan punggungnya lemah ke tumpukan bantal yang menyanggah tubuhnya di kasur. "Aku tahu Arthur bukanlah adik kandungmu, tapi aku tahu jauh di lubuk hati Arthur yang selalu menatap semua orang dengan tatapan dingin dan tidak peduli, dia menginginkan kehidupannya bersama kakaknya. Hanya kau yang dia miliki dan jika aku mati, kau hanya punya Arthur. Tidak ada yang lain."

Aland tertunduk, menatap kedua telapak tangannya dengan perasaan bersalah.

"Aku juga tahu kau sangat khawatir ketika Arthur tidak sadarkan diri, karena menolong gadis itu. Kau lupa? Kau yang membujukku agar aku menyetejui untuk gadis itu tinggal di sini dan memberikan darahnya kepada Arthur. Lantas untuk apa kau melakukan itu? Kalau bukan karena kau menyayangi Arthur, untuk apa kau melakukannya?" Aldebaron tersenyum tipis. "Kau putraku, Aland. Aku tahu seperti apa dirimu, kau tidak dapat menyembunyikan apapun, Anakku."

"Apa yang harus kulakukan, ayah? Aku rasa, aku belum siap untuk menjadi pemimpin negara ini." Lirih Aland. Dia tersenyum separuh, memikirkan betapa menyedihkannya dirinya saat ini.

Aldebaron mengulurkan tangannya dan meraih tangan Aland. Dia menggenggam tangan itu seraya menepuk-nepuk punggung tangannya perlahan. Aldebaron menatap Aland dengan tatapan sayu seperti ingin tertidur.

"Kau dibesarkan oleh Adaline. Meskipun kau bukan putra nya, dia sangat menyayangimu dan membesarkanmu seperti putra nya sendiri. Dia adalah wanita terbijak yang pernah kutemui, aku yakin dia mengajarkan banyak hal bijak kepadamu. Lihat apa yang sudah kau lakukan sejauh ini, kau membangun kembali akademi yang berisi klan manusia dan klan vampir. Kau berusaha menghapuskan ketidakseimbangan dua klan meskipun sulit, setidaknya kau berbeda jauh dariku. Kau lebih baik dariku, Aland. Kau pasti mampu melakukannya." Kata Aldebaron dengan suara pelan dan lirih.

Blood Line DarknessWhere stories live. Discover now