10. Pertemuan

29 2 0
                                    

Di dalam sebuah ruang pertemuan khusus para bangsawan yang berpusat di kastil (istana agung), aula tersebut dipenuhi pembicaraan para pemimpin daerah yang diundang datang ke kastil untuk sebuah informasi dan juga diskusi.

"Hasil bercocok tanam mulai menurun. Frekuensi panen sangat terbanting hampir mendekati lima puluh persen dan hanya beberapa yang dapat disalurkan ke pasar serta ke istana agung." Ucap seorang vampir paruh baya bertubuh sedikit gempal dengan banyak janggut di dagu nya, ialah bangsawan Bancroft Aleah Barnes, sang vampir penguasa bagian Timur.

"Sepertinya keadaan di Timur sangat buruk. Di tempat kami, bagian Utara, beberapa prajurit diserang oleh kawanan serigala yang entah darimana asalnya. Aku tahu daerahku tak pernah ada satupun makhluk seperti itu mau tinggal di sana." Sementara itu lawan bicara Bancroft adalah seorang bangsawan vampir dari bagian Utara, bangsawan Ardolph Van Gritten.

Bancroft berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Seperti hal yang tak biasa mendadak muncul seperti wabah, Ardolph," gumam nya.

Ardolp beralih menatap satu-satunya vampir termuda yang sebentar lagi menjadi pemimpin daerah Barat. Vampir muda itu terlihat cukup resah dan kehilangan senyum cemerlang yang biasa terpatri di wajahnya.

"Hei, Edric. Kali ini apa masalah di Barat?" Tanya Ardolp.

Edric memijat pangkal hidungnya, "sejak ayahku tiada, tempat kami seringkali diserang oleh perompak yang tak bertanggung jawab. Aku rasa itu musuh ayah, Tuan Ardolp." Jawabnya dengan nada rendah.

"Mereka tahu tentang kematian ayahmu, itu sebabnya mereka datang dan tujuan mereka sedari dulu hanya ingin mengambil pasokan senjata yang dibuat oleh ayahmu. Jangan biarkan mereka mendapatkannya, karena kalau mereka mendapatkan senjata itu, maka perang akan tercetus." Pungkas Ardolp.

"Benar, sejak dulu kabarnya para perompak bekerja sama dengan organisasi The Occultism, Edric. Kau harus berhati-hati." Sambung Bancroft dengan nada pelan.

"Tapi, bukankah The Occultism sudah punah?" Lirih Edric.

Bancroft mendecih, mengibaskan tangan kanannya. "Aku tidak percaya mereka punah, aku rasa mereka masih ada dan kita tidak tahu apakah sekarang mereka sedang mempersiapkan sesuatu."

Edric memasang wajah resah dan pias seketika. Ardolp yang memahami bahwa pemimpin bagian Barat itu hanya tersisa Edric sebagai putra tunggal dari Jacob Hugo Fraser yang telah tiada dan Edric masih terlalu muda, belum mempersiapkan banyak hal dan harus melewatinya secara tergesa-gesa.

Ardolp menepun pundak Edric dan tersenyum. "Kau tidak perlu khawatir, di sini ada aku dan Bancroft yang siap membantumu kapanpun kau butuh kami," ucapnya dengan ramah. Ardolp adalah salah satu pemimpin daerah yang memilili keramahan luar biasa, berbeda jauh dengan Bancroft yang lebih terkesan brutal dan sembrono.

Edric mengangguk, rasanya seperti ada percikan semangat melihat keberadaan dua pemimpin daerah yang merupakan sahabat dekat ayahnya hingga detik ini.

"Raja Aldebaron Lopester, dipersilahkan masuk!" Seru salah seorang pengawal yang hendak membukakan pintu aula.

Para bangsawan pemimpin tiap daerah langsung berdiri bersamaan dan ketika pintu ganda berukuran raksasa itu terbuka lebar, di sanalah sosok yang paling agung, Raja Vampir Agung Aldebaron Lopester dengan tongkat yang membantu dirinya berjalan dan menopang tubuh--melangkah perlahan memasuki ruang aula. Tak lupa di sisinya ada Aland yang selalu setia menemani dan membantunya dalam berjalan.

Wajah dan fisik Aldebaron telah lekang oleh waktu. Garis wajahnya yang tegas, datar, nan dingin benar-benar mirip seperti Aland. Rambutnya berwarna putih kelabu panjang sepinggang dan dikucir kepang. Tubuhnya sedikit berisi terbalut oleh pakaian khas seorang raja lengkap dengan mahkota yang senantiasa terpajang di puncak kepala.

Blood Line DarknessWhere stories live. Discover now