16. Cinta

9 2 0
                                    

Di dalam ruangan yang sunyi dan senyap beraroma obat-obatan, Arthur masih senantiasa duduk di tepi brankar menunggu Annabeth sadar kembali. Kedua matanya tak berhenti menatap wajah Annabeth yang begitu tenang dan damai padahal baru beberapa jam lalu Arthur melihat wajah cantik ini dipenuhi rasa sakit dan ketakutan yang luar biasa.

Arthur kembali berpikir, sejak kapan dia merasa kalau perasaan aneh yang ada di dalam hatinya, yang selama ini ia rasakan sejak bertemu pertama kali dengan Annabeth adalah perasaan yang biasa manusia sebut itu cinta?

Kenapa baru sekarang Arthur menyadari kalau perasaan itu adalah perasaan cinta? Arthur menyadarinya ketika dia merasa hatinya begitu hancur melihat Annabeth tersakiti dan nyaris mati, jika dia terlambat sedetik saja. Ternyata perasaan sakit itu datang, karena dia mencintai Annabeth.

Arthur sempat berpikir bahwa dirinya dulu pernah mencintai seorang vampir bernama Hera. Sosok vampir yang pernah mengisi masa kecilnya, namun entah sejak kapan Hera tidak pernah muncul lagi dalam kehidupan Arthur sampai akhirnya mereka bertemu kembali di akademi. Namun, rupanya pertemuannya dengan Annabeth lebih dulu memunculkan perasaan yang jauh lebih berarti.

Arthur kini merasa Hera hanyalah sebatas perasaan masa kecilnya. Tidak lebih dari itu.

Tetapi, Arthur menyadari dirinya jauh berbeda dengan Annabeth. Rasa takut akan kehilangan yang pasti berakhir penderitaan selalu saja menyertai rasa cinta dari dua insan yang berbeda.

Tangan Annabeth yang berada dalam genggaman Arthur mulai menggerakan jemarinya. Arthur yang melihat itu langsung terkejut dan menengok ke sekitarnya untuk mencari keberadaan Harley, namun sepertinya lelaki itu tidak ada di sana.

"Tidak!"

Annabeth terbangun dengan kedua mata yang terbelalak lebar dan tangannya yang berada di genggaman Arthur refleks membalas genggaman itu dengan sangat erat sampai Arthur langsung menahan lengan Annabeth yang satunya lagi agar gadis itu tidak sepenuhnya bangun dari posisi tidurnya, karena luka di lehernya masih belum membaik.

"Jangan! Tolong, tolong lepaskan aku!" Annabeth meronta, membuat Arthur nyaris kewalahan dan akhirnya memutuskan untuk memeluk Annabeth dengan sangat erat.

"Sstt.. tenang, aku di sini. Aku di sini. Maafkan aku." Kata Arthur cepat sembari mengusap rambut Annabeth meski gadis itu masih memberontak, karena terpengaruh oleh rasa trauma nya.

"Berhenti, Annabeth. Kau sudah aman sekarang, kau sudah ada di sini bersamaku." Bisik Arthur di telinga Annabeth, "sadarlah, ini aku, Arthur."

Annabeth mengerjap, dia dapat menghirup aroma tubuh Arthur yang khas persis seperti almamater miliknya yang dia berikan pada gadis itu. Annabeth menangis, gadis itu langsung menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan Arthur. Air matanya berlinang begitu banyak bagaikan seorang bayi.

"Sakit... sakit sekali." Lirih Annabeth.

Arthur mengangguk-anggukan kepalanya dan mengecup puncak kepala Annabeth. "Maaf, maafkan aku, Annabeth."

Annabeth menangis dalam dekapan Arthur, merasakan dan memastikan kembali bahwa Arthur yang memeluknya saat ini ialah Arthur yang dia harapkan untuk datang menyelamatkannya malam itu.

***<>***

Harley melangkah cepat dan tergesa-gesa menuju ke gedung sebelah barat yang telah terbengkalai. Tempat sebuah peristiwa mengerikan terjadi, sehingga harus ditutup rapat-rapat dan tidak terpakai untuk alasan apapun. Lelaki itu telah mencari ke penjuru perpustakaan di gedung utama, tempat biasa Arthur meluangkan waktunya untuk membaca buku, tetapi setelah dipikir kembali rasanya tidak mungkin benda yang dicari oleh Harley berada di tempat yang sering dikunjungi dan dijajah oleh Arthur.

Blood Line DarknessWhere stories live. Discover now