BAB II : DESTINY

21 5 0
                                    

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia baik-baik saja, mungkin sedikit syok, karena terlalu ketakutan. Seandainya, jika kau terlambat menemuinya, mungkin dia akan mati."

"Para bajingan itu, bagaimana dengan mereka?"

"Mereka sedang dalam proses dan sepertinya akan segera dikeluarkan dari akademi."

"Aku harap mereka tidak pernah kembali kemari, karena perilaku mereka melanggar peraturan akademi ini, Harley."

Mereka berdua menikmati obrolan kritis mengenai kondisi Annabeth dan juga para pelaku yang sudah mendapat amarah dari Arthur di dalam ruang perawatan sembari memantau kondisi Annabeth yang masih belum sadarkan diri.

Diam-diam Arthur termangu menatap ke arah Annabeth yang terbaring di atas brankar yang tak jauh dari tempatnya dan Harley sedang berbincang. Dia bahkan tidak sadar kalau Harley sedang mengajaknya berbicara, namun pikirannya terpaku pada Annabeth.

Aroma itu masih ada dan terasa nikmat seperti biasanya. Tetapi, bukan itu yang membuat Arthur menatap Annabeth termangu, namun dia menatap kecantikan gadis itu dalam tidurnya.

"Hei, Pangeran, kau mendengarku berbicara?"

Arthur tertegun saat Harley menepuk lengannya pelan.

"Apa? Apa tadi?" Arthur seperti baru saja mendapatkan kesadarannya kembali dan bersikap layaknya Arthur yang dingin dan ambisius seperti biasa.

Harley yang melihat raut wajah lucu itu menahan tawa, kemudian berkata, "kau menyukai gadis itu, ya?" Sembari menaik-turunkan kedua alisnya dan tersenyum jahil.

Kedua alis Arthur langsung memekik curam dan raut wajahnya yang dingin itu masih berusaha dia pertahankan padahal ucapan Harley membuatnya salah tingkah.

"Tidak. Bicara apa kau ini?" Ucap Arthur dengan nada tidak terima.

Harley kembali memainkan kedua alisnya dan semakin menunjukkan senyuman yang jahil, itu membuat Arthur merasa semakin terpojok dan tidak nyaman.

Arthur berdecak dan mendesah panjang, lalu memijat pangkal hidungnya. "Tidak, Harley. Tidak mungkin aku menyukai gadis manusia."

Harley terkekeh pelan, "baiklah-baiklah, kalau begitu apa yang akan kau lakukan setelah gadis itu sadar?" Tanya nya.

"Aku..."

Arthur terdiam sejenak, menggantungkan ucapannya, karena sebenarnya dia pun tak tahu apa yang ingin dia lakukan.

Dan tepat setelah itu, terdengar suara lenguhan sakit dari Annabeth yang mulai bergerak sadarkan diri, hanya saja sesaat sebelum gadis itu membuka kedua matanya--Arthur langsung melangkah cepat untuk pergi menuju pintu keluar ruang perawatan dan menghilang di baliknya. Hal itu membuat Harley mematung dengan bibir terbuka dan kedua mata yang mengerjap, karena Arthur mendadak pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun tepat setelah dilihatnya Annabeth seperti ingin sadarkan diri.

Alhasil, Harley lah yang mendekati Annabeth dan mulai memeriksa kondisi gadis itu.

"Kau dapat mendengar suaraku?" Tanya Harley sembari mengecek denyut nadi, pernafasan, dan detak jantung Annabeth dengan seksama.

Annabeth yang masih separuh sadar itu mulai membuka kedua matanya secara perlahan dan yang ia lihat adalah guru kimia nya. Dia sedikit terkejut dan bertanya-tanya, karena sebelumnya dia mendengar ada dua suara yang sedang berbincang. Annabeth pun bingung, karena keberadaan Harley yang baru ia ketahui hanyalah seorang guru kimia di kelasnya tiba-tiba ada di sampingnya dan memeriksa keadaannya.

"Namamu Annabeth, 'kan?" Tanya Harley lagi saat kedua mata Annabeth sepenuhnya terbuka dan menatap remang langit-langit.

Annabeth mengangguk lemah dan melirik ke arah Harley dengan raut wajah yang tenang.

Blood Line DarknessWhere stories live. Discover now