7. Petunjuk

22 4 0
                                    

Beberapa jam sebelum interogasi..

"Di sini tempatnya." Ucap Arthur kepada Chase ketika mereka tiba di hutan tempat dimana Annabeth diserang oleh dua orang pelaku yang merupakan vampir.

Arthur dapat menghidu sisa-sisa aroma darah Annabeth yang masih menempel di batu yang ada di sana, tepat di samping batu itu Annabeth terbaring kesakitan nyaris kehilangan kesadaran. Sementara di tanah, tetesan darah vampir yang sempat beberakali dia layangkan pukulan di wajahnya itu masih kentara terasa di indra penciuman Arthur. Meskipun Arthur yakin saat ini mereka sudah pulih dari luka-luka pemberian Arthur.

Chase menatap ke sekeliling, "tak heran mereka berani melakukan hal mengerikan itu di sini, karena tempat ini sangat sepi dan minim penerangan." Ujar lelaki itu.

"Masih ada bekas darah salah satu pelaku di tanah, kau bisa?" Arthur menatap serius ke arah Chase.

Chase mengangguk dan memahami permintaan Arthur.

Tujuan mereka datang ke tempat peristiwa itu adalah untuk menyelidiki, karena Arthur merasa ada yang berbeda dari dua orang pelaku tersebut. Yang berbeda ialah mereka tidak tampak seperti seorang siswa, namun mereka menggunakan seragam akademi. Terlalu brutal dan kriminal, itulah yang ada dalam pikiran Arthur.

Chase berlutut dengan satu kaki, lalu tangan kanannya menyentuh tanah yang ditunjuk oleh Arthur, lebih tepatnya Chase menyentuh bekas darah yang masih terasa di tanah tersebut. Lalu, dalam waktu singkat Chase masuk ke dalam penglihatannya.

Di dalam sana, pada awalnya dia berdiri di tengah sebuah kegelapan. Kemudian, tak membutuhkan waktu yang cukip lama hingga akhirnya Chase menengok ke arah kanan dan melihat sebuah pintu yang mengarahkan dirinya ke portal peristiwa seseorang. Chase berjalan cepat ke arah portal itu dan memasukinya.

Di dalam sana ada dua orang lelaki yang memiliki postur tubuh sama persis seperti dua orang pelaku. Namun, ada satu orang yang baru saja datang menghampiri mereka berdua. Orang itu tidak menampakkan wajahnya sepenuhnya, Chase hanya dapat melihat bibirnya, tidak dengan mata, karena hampir separuh wajahnya tertutup oleh topi. Di malam itu pun tubuhnya yang mengenakan mantel hitam seolah ditelan gelapnya malam. Akan tetapi, Chase tidak akan pernah melupakan suaranya.

"Hanya gadis itu yang ku mau." Ucap lelaki bertopi yang berada di hadapan dua pelaku.

"Mencicipi darahnya sedikit bukanlah sebuah masalah, 'kan?" Ucap salah seorang pelaku yang tubuhnya lebih ramping dari pelaku yang satunya.

Terlihat sosok itu tersenyum miring, "lakukan apa yang kalian mau, tetapi bawa dia kepadaku setelahnya dalam keadaan hidup." Ucapnya.

"Baik, Tuan." Ucap mereka berdua bersamaan.

Chase kembali tersadar dan membuka kedua mata nya untuk kembali ke dunia nyata. Di sana Arthur terlihat sedang menanti jawaban dari Chase tentang siapa pelaku yang melakukan semua itu pada Annabeth.

"Bagaimana?" Tanya Arthur.

Chase melirik Arthur dengan tatapan yang sangat serius, lalu berkata, "mereka bukan berasal dari akademi." Ucapnya pelan dan rendah.

Pernyataan itu membuat Arthur terkejut, karena ternyata dugaannya benar. Ada sesuatu yang tidak beres dari kedua pelaku itu dan hanya ada satu cara untuk menemukan jawaban yang sebenarnya, yaitu dengan menginterogasi secara langsung. Arthur juga belum mendapat informasi apapun dari kakaknya mengenai pelaku, maka sepertinya kakaknya itu juga belum melakukan interogasi sehingga tidak tahu kalau ada informasi sebesar ini.

"Kau tahu siapa yang memerintah mereka?" Tanya Arthur lagi.

Chase terpejam sesaat dan mencebikan bibirnya. "Sayangnya wajah bos mereka tidak tampak jelas. Aku hanya dapat mendengar suaranya dan melihat separuh wajahnya saja, tidak mendapat lebih."

Blood Line DarknessWhere stories live. Discover now