19. Pengorbanan

14 1 0
                                    

Malam itu adalah kali pertama Annabeth memasuki istana lebih dalam dan lebih intim lagi. Sepanjang jalan Chase berkata kalau area yang saat ini mereka telusuri adalah area privat yang merupakan tempat tinggal anggota kerajaan seperti Arthur dan tidak ada yang boleh lewat sembarangan, itu sebabnya Chase meminta agar Alice menunggu di halaman pekarangan belakang istana tadi dan tidak boleh ikut masuk.

"Kau baru tahu, ya, tentang Arthur?" Tanya Chase, mereka masih senantiasa melangkah beriringan dan Annabeth mempercepat langkahnya agar dapat menyamai langkah kaki Chase ketika mereka memasuki bagian istana semakin dalam, menelusuri koridor yang semakin jauh semakin minim penerangan.

"Kalau dia adalah vampir bangsawan?" Tanya Annabeth untuk memastikan.

"Benar." Chase mengangguk.

"Ya, aku baru mengetahuinya."

Chase tersenyum tipis dan menatap Annabeth sekilas, "Arthur memiliki alasan tersendiri untuk melakukan itu. Dia tidak ingin kau menjauh darinya, karena tahu kalau dia bukan vampir dari kalangan biasa."

Annabeth menatap lurus ke depan dan mengulum bibirnya membayangkan wajah Arthur setiap kali mereka bertemu.

"Tapi, malam ketika dia mengantarku pulang saat itu... dia seperti tidak ingin menemuiku lagi." Lirih Annabeth, menautkan jemarinya dan merasakan perasaan gundah itu lagi.

"Kau harus bertahan, begitu juga dengan Arthur yang harus bangkit kembali agar kalian bisa saling membicarakan itu satu sama lain." Pungkas Chase, menepuk pundak Annabeth.

Annabeth merasa, itu bukanlah suatu hal yang bagus. Kalau malam kritis ini dapat terlewati, Annabeth dan Arthur tetap tidak bisa bersama. Ditambah lagi, Annabeth teringat kalau Arthur sudah memiliki pasangan hidup yang berada satu klan yang jauh lebih layak dengannya.

"Di sana, tepat di ujung akhir koridor, pintu cokelat tua ganda itulah kamar tidur Arthur. Tempatnya saat ini sedang dalam masa kritis dan di dalam sana ada Hera, Pangeran Aland, dan ahli pengobatan kerajaan, yaitu Harley. Kau sudah pernah bertemu dengannya." Jelas Chase seraya menunjuk pintu yang berada di depan mereka, dalam jarak dekat merekapun tiba di depan pintu kamar itu.

"Ayo, masuk."

"Tunggu." Annabeth menahan lengan Chase, membuat lelaki itu menaikan kedua alisnya.

"Ada apa?"

Annabeth mungkin sudah gila, karena percaya dengan semua orang yang ada di sini, tetapi karena peristiwa Arthur yang menyelamatkan dirinya dan bertaruh nyawa, Annabeth tidak ragu melakukan hal ini.

Annabeth dan Chase berdiri berhadapan satu sama lain. Gadis itu menatap Chase lekat-lekat dan dengan nanar menyakitkan, Chase mampu melihat kalau Annabeth benar-benar tulus.

"Aku punya satu permintaan, Chase," ucap Annabeth. "Kalau aku maupun Arthur berhasil melewati malam ini dan kami berdua selamat, aku tidak ingin berada di dekat Arthur lagi."

Chase mengernyit, dia terkejut mendengar pernyataan itu.

"Tapi, kenapa?"

"Aku tidak bisa," Annabeth meremas sisi gaunnya. Meskipun lidahnya terasa kelu untuk mengatakan bahwa ia tidak bisa berada di dekat Arthur, hati kecilnya mengatakan dia ingin sekali berada di sisi lelaki itu. "Katakan padanya bahwa aku berterima kasih, karena dia telah menyelamatkan hidupku, tetapi aku tidak bisa berada di dekatnya lagi. Aku akan berada di sisinya sampai dia pulih, kemudian setelah itu, aku akan pergi darinya untuk selama-lamanya."

Chase mengerjap, "oh, Annabeth... kau, kau tidak perlu melakukan itu. Aku tahu kau tidak menginginkan hal itu."

Annabeth tersenyum sedih, "ini adalah kali terakhir dia menolong hidupku dan ini juga terakhir kalinya aku membalas budi atas apa yang telah dia lakukan. Berjanjilah untuk tidak mengatakan tentang ini kepadanya."

Blood Line DarknessWhere stories live. Discover now