(S3) 1. Prolog

Mulai dari awal
                                    

"Mungkin ini jalan satu-satunya biar gua bisa bebas dan enggak tersiksa lagi sama kehidupan gua." Monolog Gawin, kakinya menaiki satu persatu besi yang berbentuk bulat tersebut. Air mata masih mengucur begitu deras, tangisan masih setia menemani kala kakinya menaiki besi pembatas tersebut.

"Selamat tinggal. Bang Singto, dan Bang Krist, maafin gua yang udah berlaku gak pantas. Terima kasih karena Bang Krist udah hadir dan bikin gua jatuh cinta. Gua pamit dari hidup kalian semua, semoga kalian selalu bahagia dengan gua yang gak ada." Ujar Gawin, yang setelahnya, dia pun melepaskan genggaman tangannya pada besi, dan dia pun melompat dari atas sana.

'Byur'

Kaki Gawin menyentuh air laut yang begitu dalam. Gawin membuang semua nafasnya, membuatnya tenggelam dan terbawa arus lautan.

'Byur'

Suara orang lain terdengar oleh Gawin, membuka matanya, Gawin melihat seorang pria yang mendekat ke arahnya dan mencoba untuk meraihnya. Nafasnya habis, arus deras lautan membawanya, matanya pun tertutup kembali.

"Siapa dia? Gua gak butuh dia, yang gua butuhin cuma ketenangan." Ujar Gawin di dalam hati.

"Arghhh!" Seseorang berteriak, menimbulkan beberapa gelembung yang keluar dari mulutnya yang terbuka. Dengan tangan yang berusaha untuk meraih orang yang telah tenggelam, kakinya pun menendang air agar lebih cepat meraih Gawin yang semakin tenggelam di kedalaman lautan. Nafasnya sudah hampir habis, tapi dia masih berusaha untuk meraih orang yang berada di kedalaman sana.

Tangan digenggam, pria itu menarik tubuh Gawin ke permukaan dengan nafas yang tersisa.

"Gawin, gua mohon bertahan." Ujar pria yang menyelamatkan Gawin dari aksi bunuh dirinya, ketika kepalanya sudah muncul di permukaan. Kembali menarik nafas panjang, dia pun masuk kembali ke dalam air. Tubuh besarnya berusaha untuk melawan arus dengan tubuh Gawin yang berada di pangkuan. Kakinya mengayuh, berusaha untuk mencapai pesisir pantai yang berada di bawah jembatan.

Pesisir berhasil dipijak, meletakkan tubuh Gawin yang tengah tak sadarkan diri, pria itu menepuk pipi Gawin.

"Gawin, Gawin." Ujar pria itu dengan tangan kanan yang masih menepuk pipi Gawin.

Tak ada respon, sang pria pun menempatkan kedua telapak tangannya di dada, menekan beberapa kali dada itu, sembari sesekali menepuk pipi Gawin lagi.

"Gawin, gua mohon sadar." Ujar pria itu. Tak juga membuahkan hasil, dia pun mendekatkan wajahnya di depan wajah Gawin. Menekan hidung Gawin dan memegang dagu Gawin. Dua bibir bersentuhan, dia pun mulai memberi nafas buat pada Gawin.

'Uhuk!'

Air menyembur dari mulut Gawin, membuat pria yang menyelamatkannya bernafas lega karena usaha yang tidak sia-sia. Mata Gawin menggulir lemah, melihat ke segala arah, dia pun menatap pria yang tengah tersenyum senang.

"Bang Joss." Ujar Gawin lemah, perlahan kedua sudut matanya mengeluarkan butiran bening air.

"Iya Gawin. Lo gak apa-apa kan?" Tanya Joss. Dan yang dia dapatkan hanyalah Gawin yang menangis.

"Kenapa lo malah selamatin gua. Gua udah capek hidup Bang, gua pengen mati aja." Ujar Gawin dengan tangisan.

"Justru gua yang seharusnya nanya, kenapa lo bunuh diri hahh? Lo udah gak sayang sama hidup lo, lo udah gak sayang sama ayah lo yang nungguin lo di rumah."

"Gua udah cape Bang, gak ada yang sayang sama gua, buat apa gua menyayangi diri gua sendiri."

"Gua gak tau masalah apa yang lo hadapin, tapi jangan buang hidup lo gitu aja. Di luar sana banyak yang mau mati tapi masih berusaha untuk hidup. Malah lo yang hidup berusaha untuk mati."

"Gua hidup pun percuma Bang, gak akan ada yang ngeharepin gua buat hidup. Gua udah terlalu capek buat ngelanjutin hidup. Gua pengen pergi, gua pengen mati." Mendengar ucapan tersebut membuat hati Joss terenyuh, dia tidak pernah tau hal apa yang selama ini Gawin hadapi, karena dia memang tidak pernah dekat dengan Gawin.

Kembali mendekatkan wajahnya lagi, Joss mencium bibir Gawin, membuat Gawin mata Gawin terbelalak sempurna karena terkejut.

"Apa yang lo lakuin Bang?" Tanya Gawin ketika Joss menjauhkan wajahnya dari wajah Gawin.

"Gua mohon, jangan pernah lo bilang kayak gitu lagi. Di luar sana masih ada orang yang ngeharepin lo buat hidup, di luar sana masih ada orang yang ngeharepin cintanya buat lo balas. Bunuh diri bukanlah satu-satunya jalan keluar dari masalah." Ujar Joss, setelah mengatakan itu, Joss pun berdiri dan pergi dari sana.

Terbaring menatap langit, Gawin memikirkan setiap kata yang baru saja Joss ucapkan.

"Apa mungkin ada orang yang masih ngeharepin gua buat hidup. Apa iya, ada orang yang mencintai gua di luar sana." Pikir Gawin. Setelah itu, dengan kondisi baju yang basah kuyup, Gawin pun pergi dari sana.

TBC

Buat chapter awal, kita liat dulu kehidupan dari Gawin ya.

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang