(S2) 17. Krist

105 16 14
                                    

Suara dari deringan ponsel menginterupsi Singto yang tengah tertunduk menangis. Mendongakkan kepalanya, Singto berdiri dan berjalan ke arah ponsel untuk melihat siapa yang melakukan panggilan padanya.

Ketika melihat nama 'Adek Krist' tertera di layar ponselnya, Singto langsung mematikan ponselnya itu, tidak berniat mengangkat, atau berbicara. Rasa benci dan rasa marah Singto tidak lagi bisa ditoleransi. Mendengar suara dari Krist pun dia enggan. Panggilan kedua ditolak, bahkan panggilan ketiga, hingga nomor Krist tidak lagi menghubunginya.

Pukul setengah 3 dini hari, sebuah motor berhenti di depan rumah Krist, dua orang lelaki turun dari motor.

'Brak brak brak!'

Pintu digedor begitu kencang hingga terdengar ke arah kamar Singto yang pintunya terbuka.

"Woy Singto!" Teriakan seseorang dari luar membuat Singto yang tengah tertunduk di pintu balkon itu langsung mendongakkan kepalanya. Tak berniat membuka, Singto masih bergeming di tempatnya.

Off yang kesal karena pintu tak juga dibuka pun memutuskan untuk membuka pintu rumah Singto itu, karena dia memiliki satu kunci rumah tersebut, ingatkan bahwa mereka adalah sahabat. Pintu rumah Singto selalu terbuka lebar untuk Off.

Off berjalan dengan cepat ke arah kamar Singto yang pintunya terbuka. Melihat keadaan kamar Singto yang tampak berantakan, barang berserakan tak beraturan, pintu lemari yang hancur, kasur tak lagi di tempat semestinya, sofa yang terguling.

"Anjing!" Off emosi melihat keadaan kamar Singto yang berantakan, ditambah dengan Singto yang hanya tertunduk.

"Lagi ngapain lo disini?" Tanya Singto yang melihat Singto tampak berantakan layaknya kamar miliknya kini.

'Huft'

Tak menjawab, Singto hanya menarik nafasnya malas. Berjalan dengan cepat ke arah Singto, Off mengangkat kerah baju Singto.

'Bugh'

Satu tinju mentah Singto dapatkan di pipi kirinya.

"Anjing! Lo kenapa?" Teriak Singto emosi karena Off yang tiba-tiba saja marah-marah tak jelas padanya.

"Masih nanya lo gua kenapa? Lo jadi seme bego amat, Krist udah mau mati lo malah diem disini!" Tak kalah emosi, Off berteriak di depan wajah Singto.

"Apa maksud lo mau mati, paling si lonte gatal itu lagi bermesraan sama adik gua." Ujar Singto tak peduli.

"Dia kecelakaan bego! Lo, Arghhh ANJING!" Off semakin kesal saja dengan sahabatnya ini. Sedangkan Singto terkejut mendengar apa yang Off katakan.

"Lo jangan becanda ya Off." Tiba-tiba Singto berdiri menghadap Off.

"Buat apa gua becanda. Krist kecelakaan di jalan." Ujar Off kesal.

"Krist." Rasa benci Singto dengan seketika hilang, berubah menjadi rasa khawatir dan panik kala mendengar apa yang Off katakan.

"Gua gak peduli, dia udah selingkuh sama Gawin." Ego Singto nampaknya besar, walaupun dia khawatir. Bisa saja Off berbohong, atau sebelumnya dia berkompromi dengan Krist.

"Jangan nyesel kalo lo gak bisa liat Krist lagi nanti." Ujar Off pergi dari sana, menuntun tangan pacarnya.

Menyalakan motornya, Off berlalu dari rumah itu. Dia tahu jika Singto khawatir, tapi apa yang membuat ego Singto begitu besar sehingga membuat Singto enggan untuk menemui Krist yang tengah berjuang hidup di rumah sakit.

Sesampainya Off dan Gun di rumah sakit, mereka hanya berdiri di luar ruangan, karena tidak boleh ada siapapun yang masuk ke dalam sana.

"Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" Tanya Off pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan dimana Krist berada. Off melihat ke arah Krist melalui sebuah kaca di pintu. Wajah yang dipenuhi oleh perban, dengan kaki kanan yang dibalut oleh perban juga karena patah tulang, alat bantu pernafasan yang melingkar di wajah Krist, dan juga AED yang menempel di dada membuat keadaan Krist terlihat begitu mengenaskan bagi siapapun yang melihatnya.

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Where stories live. Discover now