21. Tentang Dia

198 20 0
                                    

"Siapa yang berani nonjok pacar gua." Ucap Singto yang langsung duduk. Dia pun mengepalkan tangannya dan meremas jari-jarinya sampai nimbulin bunyi 'kretek'. Dan gua malah tersenyum menanggapi itu, panggilan pacar itu bikin gua bahagia.

"Lu kok malah senyum sih, siapa yang berani nonjok lu?" Tanya dia sambil ngeliat ke arah gua.

"Cuma pelanggan doang, lagian ini gak sakit kok." Jawab gua. Singto pun mengusap luka lebam di pipi gua dan tiba-tiba luka itu ditekan sama dia.

"Aww anjing," gua refleks mukul tangan dia, "sakit babi." Ucap gua sambil ngelus pipi gua yang tadi ditekan sama dia.

"Tadi katanya gak sakit." Ucap dia sambil senyum.

"Ya lu teken sakit lah." Ucap gua dengan nada yang kesel.

"Ututu, mana sini yang sakitnya." Dia nganggap kalo gua ini bayi apa ya.

"Disini." Ucap gua nunjuk bagian yang tadi dia tekan. Dia pun ngelus lembut pipi gua yang lebam dan dia mendekatkan wajahnya, lalu meniup halus luka itu, dan beberapa detik kemudian, dia pun mencium luka gua. Aaa anjir, gua baper banget diperlakuin kayak gini. Rasanya kayak adsgshlsjsh, bikin perut gua jadi ada sensasi gelinya.

"Lu apaan si ah." Gua membalikkan badan terus membenamkan wajah gua di bantal, habis itu gua senyum-senyum sendiri. Sumpah, kalo gak ada Singto, pengen rasanya gua nendang-nendang angin.

Angin kan gak punya KTP, jadi kalo gua tendang, gua gak akan dipenjara 'kan.

Gak lucu aja kalo misal nanti ada berita kayak gini; "Seorang pemuda dipenjara karena menendang angin disaat salting ketika pacarnya bersikap manis."

"Lu salting ya." Tebak dia sambil nepuk bahu gua.

"Ya iyalah gua salting, perlakuan lu kayak gitu." Jawab gua, suara gua teredam sama bantal.

"Aww pacar gua manis banget." Ucap dia sambil meluk gua, dan tanpa obrolan apa-apa lagi, gua pun tidur, udah cape gua seharian ini. Udah berantem sama pelanggan, dimarahin bos, habis itu nangis, malamnya nangis lagi, dan ada hal indah di detik-detik terakhir hari ini. Gua jadian sama Singto. Semua masalah yang sempat melanda gua waktu siang tadi, terbayarkan sama momen terakhir hari ini.

***

Di pagi hari, Singto bangunin gua, buat apalagi kalo bukan sarapan. Selesai sarapan gua cuma diem aja, soalnya gua gak tau harus ngelakuin apa. Gua udah gak kerja disana lagi, lebih baik gua istirahatin diri gua dan hati gua yang selama ini udah sakit lahir batin.

"Krist, lu gak mandi?" Tanya Singto saat gua diem aja.

"Enggak Sing." Jawab gua jujur.

"Kenapa?"

"Gua udah gak kerja lagi di restoran itu, gua udah dipecat karena berantem sama pelanggan." Jawab gua jujur. Singto diem aja, gak ngomong.

"Sing." Ucap gua, karena dia diem aja.

"Hem." Jawab Singto menoleh ke arah gua.

"Kenapa lu diem aja?" Tanya gua, karena dia diem aja.

"Berani dia mecat lu Krist, gua beli sekalian itu restoran itu, biar lu aja yang jadi bos nanti disana." Gua kaget denger dia ngomong kayak gitu, soalnya dia cuma keliatan gak punya duit, tapi siapa sangka kalau dia bisa beli apapun. Bukan gak memungkinkan juga dia bakalan beli restoran itu.

"Lu jangan macem-macem Sing." Gua was-was aja denger dia ngomong gitu.

"Liat aja, gua bakalan beli tuh restoran." Ucap dia lagi.

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Where stories live. Discover now