(S2) 19. Epilog

144 17 45
                                    

"B-Bang." Suara terbata yang keluar dari bibir Krist sontak membuat semua orang menoleh padanya. Tangisan Singto, Off dan Gun langsung terhenti. Singto yang tengah tertunduk menjadi mendongak melihat ke arah Krist. Dokter yang hendak pergi dari ruangan itu menghentikan langkahnya, dan berbalik ke arah Krist. Berjalan dengan cepat, dokter itu pun menempelkan stetoskop di dada Krist.

Mendengar detak jantung dari Krist, semua alat yang sebelumnya dilepas kini dipasangkan kembali.

"Dek." Tangisan pilu berubah menjadi tangisan dengan senyuman bahagia.

"Bang." Ujar Krist lirih. Mata Krist perlahan terbuka, suara monitor EKG kembali terdengar layaknya sebuah detak.

"Krist." Ujar Off yang dengan cepat menghampiri Krist.

Krist mengedarkan pandangannya, melihat ke segala arah dan melihat jika ada orang asing yang tengah mengerubunginya.

"Siapa kalian?" Tanya Krist bingung dengan siapa mereka semua, ditambah dengan mata mereka semua yang merah dan sembab seperti selesai menangis, bahkan mereka semua tersedu-sedu.

"Ini Abang loh Dek." Ujar Singto sambil menunjuk dirinya.

"Abang? Siapa Abang?" Krist bingung.

"Dek, Adek jangan becanda, ini Abang loh Dek."

"Gua punya Abang ya." Ujar Krist, membuat Singto dan Off bertatapan bingung.

"Dok, ini pacar gua kenapa?" Tanya Singto pada Dokter.

"Mohon maaf, penjenguk boleh menunggu dulu di luar?" Ujar Dokter yang akan segera memeriksa Krist. Menurut, Singto, Off dan juga Gun keluar dari ruangan tersebut.

"Gimana ini Off." Kembali Singto terdengar panik, pasalnya Krist yang kebingungan ketika melihat dirinya.

"Kita tunggu apa kata dokter." Ujar Off yang sebenarnya panik juga, tapi bersikap biasa saja, karena panik tidak akan bisa mengubah apapun, terjadi telah terjadi.

Dokter pun keluar dari ruangan, dan langsung dihampiri oleh 3 orang yang tengah berdiri menunggu hasil dari pemeriksaan.

"Gimana keadaan pacar gua Dok?" Tanya Singto langsung bertanya pada Dokter tersebut.

"Saya bersyukur, denyut nadi dan jantung pada pasien kembali dan telah menyadarkan diri. Pasien mengalami amnesia, atau hilang ingatan," ujar Dokter yang membuat Singto lemas seketika, "tapi bapak jangan khawatir, ingatan pasien masih bisa kembali, tapi saya tidak tahu kapan pastinya." Lanjut Dokter tersebut.

"Gimana cara supaya adik saya bisa kembali ingatannya Dok?" Kini Off yang bertanya.

"Setelah pasien tidak lagi mengalami trauma pada otaknya, dan setelah pasien sudah sembuh sepenuhnya. Untuk lebih lanjut, nanti saya akan memberikan prosedur untuk pemulihan pasien." Ujar Dokter tersebut.

"Ohh oke Dok."

"Ada yang mau ditanyain lagi?" Tanya Dokter itu, Off menoleh ke arah Singto, dan Singto pun menggeleng.

"Baik, jika tidak ada yang ditanyakan, kalian bisa melihat keadaan pasien lagi. Tapi, jangan membuat pasien sampai tertekan, karena itu akan membuat pasien semakin parah." Ujar Dokter, setelah itu, dokter pun pergi. Berjalan mendekati pintu, membuka dan melihat ke arah Krist yang terlihat hanya duduk termenung menatap langit-langit putih dengan bantal yang ditumpuk di punggungnya. Krist ingat jika sebelumnya dia menyebut kata 'Abang', tetapi dia bingung, siapa Abang yang dia maksud.

"Dek." Ujar Singto, Krist pun menoleh ke arah Singto, dan tersenyum.

"Siapa kalian?" Tanya Krist pada mereka bertiga.

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Where stories live. Discover now