(S2) 12. Kehidupan di Desa

96 15 17
                                    

Pagi menyingsing, Singto dan juga Krist yang tidur dengan beralaskan kasur lantai, terbangun kala mereka mencium aroma wangi dari makanan yang tengah Mama nya Namtarn buat. Wangi dari goreng ikan asin, wangi sambal terasi, suara kicau burung, dan suara mesin penyerut kayu seakan menjadi sebuah pelengkap kala sepasang kekasih itu mulai membuka matanya.

Mandi untuk menyegarkan diri, setelah Mandi, Singto, Krist dan keluarga Namtarn pun makan.

"Singto, hari ini ikut ke sawah gak? Atau mau pulang?" Tanya Bapaknya Namtarn pada Singto yang tengah lahap makan.

"Ikut Pak, Singto kangen sawah juga." Jawab Singto dengan semangat. Dirinya memang merindukan bagaimana suasana persawahan.

Meminjam pakaian dari Bapaknya Namtarn, kini Singto, Krist, Namtarn beserta Bapaknya beriringan untuk berangkat pergi ke sawah, membawa sebuah ember cat kecil, dan juga cungkir.

Indahnya persawahan hijau, dipadukan dengan bukit yang mengelilingi setiap ujung persawahan, ditambah suara gemericik air yang mengalir, embun pagi yang membasahi kaki, jangan lupakan suara kaleng untuk mengusir burung yang terus saja berbunyi tanpa henti. Suasana pedesaan yang menyejukkan.

Duduk disebuah gubuk di tengah sawah, Singto menarik sebuah tali yang terhubung dengan kaleng. Menggerakkan tali tersebut, sehingga menimbulkan bunyi yang berisik untuk mengusir burung pipit.

"Sing, ke air terjun yuk." Ajak Namtarn pada Singto yang tengah duduk di dipan gubuk menatap Krist.

"Ayok," jawab Singto dengan semangat menoleh ke arah Namtarn, "Adek mau ikut gak?" Tanya Singto sembari menoleh ke arah Krist yang hanya berjongkok terdiam menatap api kecil di depannya.

"Ayok Bang." Ujar Krist dengan tersenyum dan menoleh ke arah Singto.

"Bawa ember kecilnya sekalian, nyari ogong sama tutut nanti." Titah Namtarn, Krist pun mengambil ember putih kecil. Kembali menapaki pematang sawah, embun pagi kian pudar di dedaunan padi.

Singto pun mengeluarkan ponsel miliknya, dan melihat ke arah Krist.

"Adek, sini Abang fotoin." Ujar Singto mengarahkan kamera ke arah Krist. Tanpa menjawab, Krist bergaya sembari tersenyum ke arah ponsel Singto. Namtarn yang melihatnya pun ikut tersenyum.

Sekitar 30 menit berjalan, di atas pematang sawah dan melewati sebuah hutan, Singto, Krist dan Namtarn kini telah berada di sebuah air terjun dengan ketinggian air yang hanya 20 meter saja. Jernihnya air, rimbunnya pepohonan, dan juga semilir angin membuat siapapun akan merasakan sejuk dan damai.

Krist menatap ke arah air terjun. Kepalanya tiba-tiba saja pusing, tapi masih dia tahan karena tak ingin Singto tahu. Entah kenapa, sejak tadi pagi, Krist merasakan jika kepalanya pusing dan juga perutnya sedikit mual, membuat dia hanya bisa terdiam, tak banyak bicara dan tak banyak bergerak. Karena tak ingin mengganggu Singto dan juga Namtarn yang tampak gembira bersama.

Setelah mencari keong ogong dan juga tutut, Singto dan juga Namtarn turun ke sungai yang seperti kolam di bawah air terjun, tapi Krist hanya terdiam saja menatap mereka berdua yang tengah tertawa gembira bermain air layaknya anak kecil.

Menaiki bebatuan kecil di dekat air terjun, Singto melompat dari atas sana.

"Dek, ayok mandi sini!" Teriak Singto dengan badan yang berada di dalam air.

"Enggak ah Bang." Jawab Krist tak bersemangat. Badannya kian lemas tak bertenaga, perutnya semakin mual saja.

'Uwek'

Hingga akhirnya Krist pun memuntahkan isi di dalam perutnya, Singto yang melihatnya pun langsung saja keluar dari dalam air dan menghampiri Krist yang hanya berjongkok sembari terus muntah.

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Where stories live. Discover now