(S2) 1. Prolog

161 17 9
                                    

Selamat datang di season 2 semuanya.

Krist bangun dari tidurnya, dia mengambil ponselnya dan melihat jika waktu sudah menunjukkan pukul 09.24. Krist terkejut, tidak biasanya dia bangun tidur begitu siang seperti hari ini. Nikmatnya tidur di kasur yang begitu empuk mungkin saja membuatnya terlena dan membuat tidurnya begitu lelap. Dia melihat ke arah belakang tubuhnya, dan tidak mendapati Singto disana.

"Bang." Panggil Krist dengan sedikit berteriak, tapi tidak juga terdengar Singto menjawab panggilan dari-Nya.

Krist pun beranjak turun dari kasur, dengan sedikit linglung, Krist berjalan keluar kamar dan melihat Dimar yang tengah menyapu di depan kamarnya.

"Bi, Abang dimana ya?" Tanya Krist pada Dimar.

"Pak Singto sudah berangkat kerja." Jawab Dimar.

"Ohh gitu ya Bi, makasih Bi." Ucap Krist.

"Iya. Itu kalau mau sarapan, makanannya udah ada di atas meja makan deket dapur ya Pak Krist." Ucap Dimar, Krist sebenarnya sedikit terganggu dengan panggilan 'Pak' dari Dimar, dia belum terlalu tua untuk dipanggil dengan panggilan tersebut. Umurnya baru saja mau menginjak 28 tahun, bukankah itu belum terlalu tua?

"Bi, ehehe." Krist sedikit tersenyum kaku.

"Kenapa Pak?" Tanya Dimar.

"Sebenarnya saya tidak terlalu tua untuk dipanggil 'Pak', boleh panggilan yang lain gak?" Krist mengutarakan keberatan dengan panggilan yang diberikan oleh Dimar.

"Kalau begitu, saya panggil Tuan aja, gimana?" Tawar Bi Dimar.

"Tuan ya," Krist tampak berfikir dengan mengetuk-ngetukan telunjuk pada dagunya dan dengan bola mata yang menggulir ke atas.

"Tapi kan saya bukan Bos disini, dipanggil Aden juga saya bukan anak kecil. Masa saya dipanggil 'Den Krist'." Ucap Krist dengan ekspresi yang sama.

"Jadi apa maunya?" Tanya Dimar bingung.

"Yasudah lah Bi, panggil Tuan aja." Krist mengutarakan keputusan akhirnya.

"Baiklah Tuan Krist." Ucap Dimar.

"Yasudah Bi, saya sarapan dulu ya." Krist pun berjalan ke lantai satu, menuju meja makan.

"Sarapan apa ya." Krist bermonolog sendiri. Dia melihat tudung saji dan membukanya.

"Wah." Krist terkagum dengan nasi yang ada di depannya, dia mengambil piring yang ada nasinya tersebut.

"Nasi uduk." Ucap Krist setelah dia mencium wangi dari nasi tersebut.

"Bi." Teriak Krist memanggil Dimar, Dimar pun turun dan mendekati Krist.

"Kenapa Tuan Krist?" Tanya Dimar.

"Bibi udah sarapan?" Tanya Krist sembari meletakkan kembali sepiring nasi uduk itu di meja makan.

"Udah." Jawab Dimar.

"Ohh." Krist mengangguk.

"Tadinya kalau belum, mau saya ajakin sarapan sekalian."

"Enggak usah, saya udah makan."

"Yaudah Bi kalau begitu, itu aja kok."

"Ohhh, kalau begitu saya lanjut ya."

"Iya Bi, silakan."

Krist pun duduk menghadap nasi uduk yang ada di depannya, dia menyuapkan sedikit nasi uduk itu ke mulutnya. Merasakan setiap rasa dari nasi uduk itu, rasa asin, gurih, begitu tercampur dengan sempurna di dalam mulutnya. Walaupun nasinya sudah tidak panas lagi, tapi Krist begitu menikmatinya. Apalagi ada oreg tempe di depannya, rasa oreg tempe yang pedas, manis, asin dan gurih sangatlah cocok jika digabung dan dimakan bersamaan dengan nasi uduk itu. Sambal, daging ayam, dan lalapan seperti kemangi dan kol, menjadi pelengkap yang sangat sempurna untuk sarapan paginya. Yang dia inginkan adalah ini semua, bukan roti bakar dengan selai, ataupun susu putih yang bikin eneg.

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Where stories live. Discover now