di satu sisi Raja tak berani menyalahkan takdir apalagi Tuhan, tapi di satu sisi ia selalu menyalahkan takdir itu sendiri.

di satu sisi juga ia selalu berkata kepada Tuhan nya bahwa apa yang ia takdirkan kepada nya sangat lah tak adil.

Raja bahkan menjerit menanyakan mengapa kehidupan nya di permainkan seperti halnya bidak catur.

meraung, menjerit, meminta keadilan, pernah Raja lakukan lantaran ia yang sudah tak sanggup menahan rasa sakit di hatinya.

tapi kewarasan Raja menarik Raja dari ketidak berdayaannya, Raja di sadarkan oleh ucapan Satria yang kala itu melintas di benaknya.

"jangan pernah nyalahin takdir, apalagi lo berani nyalahin Tuhan, lo tau apa yang terbaik buat lo, tapi Tuhan lebih tau apa yang terbaik buat lo."

"jadi gue mohon jangan pernah nyalahin Tuhan ataupun takdir, lo harus belajar dari takdir, yang menurut lo baik belum tentu baik di mata Tuhan, gue yakin di masa depan nanti kebahagiaan bakal nyambut lo"

"badai pasti berlalu, dan Tuhan gak mungkin ngecewain Hamba-Nya"

itulah kata-kata terakhir dari kakaknya sebelum ia pergi dari rumahnya, dulu.

"kapan kebahagiaan itu nyambut gue bang?" tanya Raja dengan tatapan kosongnya.

"kebahagiaan kayak gimana yang nyambut gue? asal lo tau gue gak pernah ngebayangin kebahagiaan itu"

"yang gue bayangin cuman kematian gue, kematian kayak gimana yang bakal nyambut gue nanti, kematian seperti apa yang nanti gue rasain?" tanya Raja parau dengan kepala tertunduk.

puntung rokok di tangannya telah ia buang, Raja dengan pelan menghapus air matanya.

"kayaknya Tuhan gak mau gue bahagia bang, gue juga ngerasa gak pantes buat dapetin kebahagiaan itu, gue manusia bejat yang gak pantes dapat kebahagiaan dari siapapun dan apapun itu"

Raja tak mengeluarkan air matanya kembali, ia hanya diam dengan tatapan kosongnya.

melihat langit yang semakin gelap, akhirnya Raja memutuskan untuk pergi menuju ruangan Sherren di rawat.

"kamu harus tetap hidup Sher.. aku gak mau kehilangan lagi" di sela-sela langkah nya, Raja terus menggumam kan kalimat tersebut.

setelah sampai, Raja membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalam yang kini sunyi tak ada seorang pun yang menunggu Sherren.

seperti nya Elang ke kantin? entahlah.

Raja menatap tubuh Sherren yang terbaring lemah dengan beberapa selang menempel di tubuh nya.

Raja melangkah dan mulai duduk di kursi dekat ranjang Sherren, tempat sebelum nya Elang duduk.

Raja merebahkan kepalanya di samping tubuh Sherren dengan lembut menempatkan telapak tangan Sherren di atas kepalanya.

"cepet bangun Sher... aku kangen sama kamu" ucap Raja pelan.

"sekarang kamu aman... kamu gak perlu lagi takut... kamu gak perlu lagi khawatir... sekarang bajingan itu koma, jadi aku mohon kamu harus cepet bangun Sher.."

"kita kembali sama sama, kita kembali kayak dulu.. kita bangun momen manis setiap detik nya... aku mohon Sher.." ucap Raja parau.

masalah sekolah telah Toni urus, pihak sekolah pun tak ada yang berani mempermasalahkan hal tersebut.

mengingat kuasa Toni, membuat mereka tak ada yang berani menanyakan apalagi ikut campur urusan Toni.

maka dari itu, Sherren beserta keenam laki-laki tersebut hanya akan masuk apabila ujian kelulusan saja, terdengar tak masuk akal, namun kekuatan uang mengalah kan segala nya.

dengan begitu, kini mereka fokus dengan kesembuhan Sherren, dan fokus untuk menangkap Adel yang tak berada di negara nya.

diketahui sampai saat ini Adel belum pulang dari negara yang tengah ia datangi bersama keluarga nya, Italia.

Jaxson dkk tak dapat membendung amarah saat Adel masih berkeliaran dengan bebas di luaran sana.

Mereka ingin segera menangkap Adel, namun Toni dan Dimas melarang, biar Adel yang akan mereka urus, yang terpenting mereka berenam fokus untuk kesembuhan Sherren.

Raja masih dalam posisinya, ia merindukan elusan lembut di kepalanya.

pintu terbuka, dan masuklah Elang beserta keempat temannya yang lain, Raja menghela nafas dan mulai memperbaiki posisinya.

"Raja" panggil Bagas khawatir saat melihat wajah Raja belum di obati.

Raja yang terduduk tegak menatap Bagas bertanya, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"muka lo gak di obatin? infeksi entar" ucap Bagas dengan kakinya berjalan pelan namun masih di pegangi oleh Arga.

"gak papa" balas Raja singkat.

"Sherren.." ucap Cakra pelan dan matanya berkaca-kaca saat pertama kalinya ia dapat melihat kembali Sherren namun dengan keadaan berbeda.

Jaxson mendorong kursi roda Cakra agar dekat dengan ranjang Sherren, dan duduk bergabung dengan Elang, Arga, dan Bagas yang sudah terduduk di sofa.

"Sher.." Cakra tak dapat berkata apa-apa, ia hanya diam menunduk semberi menggenggam erat tangan Sherren.

yang lain hanya diam, mereka sama sekali tak bisa berbuat apa-apa, kondisi Sherren pun sudah stabil namun Sherren belum juga terbangun.

"gimana sama si Xavier?" tanya Bagas pelan di tengah keheningan tersebut.

"koma" balas Jaxson datar.

"kalau buka karena perintah om Toni, mungkin Xavier udah mati di tangan gue" ucap Arga dingin.

"huh... sekarang kita cuman bisa nyerahin kasus ini ke ranah hukum, biar pamannya Galang yang bantu" jelas Jaxson.

"gimana sama si Adel? udah ke tangkap?" tanya Cakra dengan tatapan mengarah ke arah Sherren.

"gak tau, kita cuman di suruh fokus sama Sherren, dan nunggu kabar aja dari om Toni" jelas Jaxson kembali.

hening kembali, sampai akhirnya Elang angkat bicara.

"cewek itu akar dari permasalahan" ucap Elang dingin dan datar.

"cewek jalang kayak dia gak pantes hidup" ucap Elang kembali.

"hm, cewek jalang kayak dia harus habis detik itu juga" balas Raja tak kalah dingin.

yang lain diam, namun dalam hati mereka menyetujui ucapan Raja dan Elang.

-------------------------------------------------
Italia, Roma

Adel kabur dengan penyamaran saat sebuah berita pencarian mencari dirinya dengan di lengkapi fotonya beserta tulisan besar bertuliskan 'Buronan'

orang tuanya belum mengetahui hal tersebut, namun dapat Adel yakini bahwa tak lama lagi orang tuanya akan mengetahui hal tersebut.

jadi dengan bekal secukupnya, Adel mulai pergi menjauh dan melakukan penyamaran agar orang-orang tak dapat menemukan nya.

Adel yakin bahwa rencana Xavier sudah hancur, saat ia menelpon nya pun handphone Xavier tak aktif, begitu pun dengan antek-antek nya.

maka dari itu secepat mungkin Adel pergi jauh agar tak ada yang mengenali atau bahkan menangkap nya, bukan itu saja bahkan dalam kertas tersebut tertulis bahwa siapapun yang dapat menemukan atau menangkap nya akan mendapatkan sejumlah uang tunai berapapun itu.

dengan ketar-ketir Adel melakukan penyamaran, ia menerka-nerka siapa yang dapat melakukan hal besar tersebut hanya demi menangkap nya.

yah, sebesar dan seluas itu kekuasaan Toni serta Dimas di luaran sana.














Next??

makasih, ternyata masih banyak yang suka sama cerita aku, bahkan udah nge dukung aku.

makasih sekali lagi, kalian juga semangat ya, jaga-jaga kesehatan soalnya lagi musim hujan hehe.

apabila ada kesalahan kata atau typo mohon tandain 😉

janlup vote+komen 😘💗😘💗💗
makasih 💗💗💗

I'm not perfect Woman's!! {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang