T I G A P U L U H

Start from the beginning
                                    

"Udah ngomongnya?"

Gaia diam, rasa sesak mulai menerkam, memenuhi hatinya seolah kaos oversize milik Daren yang dikenakan ini mampu untuk membuatnya sesak.  Padahal nyatanya, pria di depannya inilah yang kerap memberikan sensasi sesak dihati yang sayangnya terasa menyakitkan.

"Kamu emang pinter playing victim. Dan sekarang aku yang salah? Padahal kamu yang mulai duluan," katanya dingin.

Daren mendesis kesal, ia lalu kembali menegakkan tubuh. Tanpa melepas genggaman pada tangan Gaia, pria itu mulai melajukan mobilnya, berputar arah demi memotong jarak yang sudah tertinggal lima belas kilometer jauhnya.

Dalam hening itu tidak ada dari mereka yang berani memulai kata. Masalah mereka awalnya sepele, mulai dari Gaia yang bercerita tentang rumah impiannya, Daren yang menanggapinya dengan baik, lalu tiba pada pembahasan soal pernikahan yang ternyata begitu berpengaruh dalam hidup Daren.

Ketika lampu lalu lintas berganti menjadi merah, Daren harus menunduk untuk melihat genggaman tangannya yang tengah dicoba untuk dilepas paksa oleh Gaia. Wanita itu tampak kesusahan lantaran tangan kekar milik Daren benar-benar menggenggamnya dengan kuat hingga tangan itu memerah.

"Kenapa? Nggak mau pegangan tangan sama gue?" desis Daren dengan tajam. Mood pria itu benar-benar mudah berubah dan sekarang Daren tengah kesal sekali.

Gaia tertawa miris. "Kamu nggak jijik sama aku? Aku kan kotor Daren, kayak yang kamu bilang tadi. Aku menjijikkan." 

Dan lagi-lagi keheningan mulai menyelimuti siang hari itu. Daren bahkan lupa jika tepat jam satu siang ia harus sudah ada di kampus lantaran jadwal kelasnya dipercepat. Sedangkan melalui jam yang ada di mobil sudah menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh menit.

Meski Daren gemar membuat onar, pria itu cukup taat dalam menjalankan setengah dari nilai integritas, salah satunya adalah disiplin. Tapi saat ini, pria pengendali emosi paling buruk itu seolah lupa jika ia terlambat sebentar saja dosen tak segan-segan untuk mengusirnya pergi dan melarang untuk masuk kelas.

Tak mendapat balasan dari Daren, wanita itu memanfaatkan waktu ketika Daren melamun dan pegangannya mengendur, Gaia tanpa pikir panjang langsung melepaskan genggaman.

"Kamu itu bandel banget ya. Pegangan gini doang juga." Daren kembali menarik jemari Gaia.

Menggenggamnya lebih erat.

Kali ini tangan mungil itu sengaja digenggam di atas paha pria yang tertutup celana bahan hitam. Daren sebenarnya masih kesal, ia tidak tau harus berbuat apa. Rasanya ia ingin mengamuk dan berteriak.

Ia benci dengan hidupnya. Mengapa harus ada Leo yang dengan benari menyentuh miliknya. Mengapa pula ia harus menjadi anak dari pemilik perusahaan properti besar di Indonesia. Persetanan dengan perusahaan, Daren sudah muak dengan hidup dan segala isinya.

"Maafin aku."

Kata maaf itu keluar kembali. Kali ini dengan nada yang sedikit rendah, tidak seperti Daren yang biasanya angkuh dan tak ingin kalah.

"Maaf karena aku, kamu jadi kayak gini."

Meski mata pria itu fokus pada jalanan, Daren tau bahwa kini Gaia tengah menatapnya dengan sorot yang sudah mulai melunak.

"Maaf aku terlambat hari itu. Maafin aku, seharusnya aku nggak dipenjara dan bisa nemenin kamu dimasa-masa sulit."

Daren tau betapa keras media sosial membicarakan hubungan mereka sejak insiden mengerikan itu terjadi. Daren tau, sekeras apa Geo dan Skala menutup berita itu, tak akan bisa dipungkiri bahwa kenyataan mereka tak akan terlupa dari ingatan masyarakat meski sebagain dari mereka sudah abai lantaran termakan waktu. Daren tau bahwa sekeras apa ia berusaha untuk menghapus kejadian itu, Gaia akan tetap seperti ini.

Status Gaia sebagai korban tidak akan pernah bisa dirubah meski sekuat tenaga Daren ingin menghapusnya.

"Maaf aku buat kamu sakit. Aku selalu bikin kamu sakit." Bibirnya menipis sembari menghela napas berat.

Daren mengendurkan genggaman, ia masih menyetir dengan satu tangan. Getaran benda pipih yang tergelatak di atas dashboard tak membuat pria itu mengalihkan pandang dari jalanan.

Mereka sudah sampai di depan gedung putih gading dengan gaya american classic yang katanya sangat detail dalam urusan ukiran. 

Daren menyamping agar dengan mudah menatap wajah Gaia yang dalam situasi tak mengenakan seperti ini pun masih terlihat gemas. Berat badan perempuan itu meningkat beberapa kilo. Tonjolan daging di pipinya pun bertambah meski masih dalam kategori kurus. Tapi Gaia jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Om Geo udah ngamuk," gumam Daren ketika getar ponselnya tak kunjung berhenti menganggu. Tanpa melihat siapa penelpon pun pria itu sudah tau siapa.

"Kamu nggak akan tinggalin aku kan?" tanya Gaia tiba-tiba.

Daren menyelipkan rambut Gaia ke belakang telinga. Ia lalu menghela napas berat sembari menyatukan dahi mereka. Aroma mint yang dihembuskan pria itu tercium sempurna, beriringan dengan napas pria itu yang terasa hangat. Gaia memejamkan mata, menikmati sapuan lembut pada leher jenjangnya, Daren pelaku utama.

Bulu kuduk Gaia terangkat, tubuhnya langsung merespon, memberi tanda bahaya, otak gadis itu langsung memberi sinyal bahwa ia harus segera turun dari mobil ketika dengan lancangnya Daren menggigit pelan telinganya.

Tapi tubuh dan hatinya seolah berkhianat. Jemari gadis itu bahkan dengan berani mencengkram erat ujung kaos milik Daren.  

"D-daren."

Lelaki itu tak ingin segera beranjak, ia mulai menelusuri leher putih milik Gaia menggunakan hidung mancung miliknya, sesekali dengan nakal ia menjulurkan lidah, menempelkan saliva di sana lalu tertawa kecil karen mendapati tubuh kekasihnya yang menegang hebat. Lucu.

"Hmm?"

"Jangan pergi. Cuma kamu yang mau sama aku."

Daren mengangguk, ia tak sakit hati akan kenyataan itu. Kenyataan bahwa hanya ia yang menginginkan Gaia. Sedangkan Gaia sebenarnya tidak. Wanita itu memilihnya karena tak ada pilihan lain.

Entah dalam organ vitalnya itu masih tersimpan hati atau tidak. Tapi yang jelas ia lega. Daren merasa puas. Melihat Gaia dengan mudah berada dalam kukungannya. Ia puas karena sekali lagi, apa yang menjadi keinginannya akan tetap terlaksana.

Daren tidak tau, berapa banyak musuh yang berkeliaran di luar sana. Menginjak pewaris perusahaan penuh problematik itu. Setelah tahun-tahun kemarin sempat dinyatakan rugi besar, kini tahun dimana ia dibebaskan perusahaan milik keluarganya sudah mulai membaik. Berita tentang pewaris perusahaan Aldevara yang terjerat kasus pembunuhan sudah perlahan melebur meski fakta itu tak bisa dihapus.

Tapi pria itu menjadi sadar, setelah ini ia akan menghadapi banyak musuh. Dan akan ada banyak masalah kedepannya. Tapi pria itu tak peduli sekarang, tujuan utamanya bukan menjadi penerus Skala, ia ingin melindungi Gaia.

Daren harus melindungi buminya

TBC
1536 kata

aaaa aku lagi senang banget soalnya tiba-tiba notif wp yang biasanya sepi 2 hari ini rame banget
(maaf alay)

terima kasih sudah baca sampai akhir🖤✨

jangan lupa follow navyy40 dan follow akun instagram aku juga @evanja.aa

jangan lupa baca ceritaku yang lain. Ada CERITA tentang SKALA juga loh!!!

semoga kalian happy terus, baibaiii

2 Maret 2024

Darenio [ON GOING]Where stories live. Discover now