D U A P U L U H S E M B I L A N

En başından başla
                                    

"Mau punya kolam renang sendiri, yang bagus terus ada pelampung yang lucu-lucu gitu loh."

Daren mengecilkan volume musik yang mengalun. Suara instrumen piano itu kini mulai mengalun lembut tanpa mengganggu pembicaraan yang sudah mereka berdua ciptakan. 

"Di rumahku udah ada kolam renang bagus," katanya percaya diri.

"Tapi warna hitam. Kayak kolam pesugihan."

Daren sempat tercengang. Ia menjadi kesal, sebab kolam renang yang kata Gaia mirip kolam pesugihan itu adalah ide milik Daren. Pria itu penggila warna hitam, jadi tak heran bila kolam renangnya sengaja berlantai dasar warna hitam pekat.

"Ya nanti aku ganti," balas Daren setengah hati.

Satu hal dari ribuan kekurangan seorang Daren adalah kepribadian pria itu yang begitu buruk. Daren orang yang sangat anti kritik. Ia tidak suka mendapat komentar. Entah komentar baik atau buruk Daren tetap tak suka. Pria itu lupa akan sifat manusia yang gemar berkomentar akan hidup seseorang dan menjadikan Daren sebagai orang yang egois dan tak membutuhkan orang lain untuk mengomentari hasil karyanya.

"Itukan rumah kamu."

"Iya terus?"

"Emang kita bakal nikah?"

Daren mendadak menginjak rem mobilnya. Beruntung jalanan tidak terlalu ramai jadi tidak akan terjadi tabrakan beruntun yang akan membuat gaduh kota. Meski akhirnya kendaraan di belakang Daren membunyikan klakson agar mobil hitamnya cepat melaju. Mau tak mau Daren harus kembali melaju, wajah pria itu tampak mengerut kesal.

"Maksud lo ngomong gitu apa?" tanya Daren dengan suara yang sangat amat dingin. Bahkan mata pria itu sudah menyorot tajam, urat-urat tangannya sudah tercetak jelas lantaran teramat kuat mencengkram stir mobil.

"E-eh maksud aku bukan gi—"

Sebelum usai Gaia berucap, lelaki pemilik mata coklat itu sudah terlebih dahulu memotong. "Lo mau nikah sama siapa kalau nggak sama gue ha?"

Gaia membeku, perempuan yang baru saja sembuh dari traumanya itu mulai diselimuti rasa takut. Mendadak pendingin mobil tak berfungsi, atmosfer seakan terkikis seiring mobil Daren yang kian melaju cepat. Gaia benar-benar takut. Jemarinya sudah saling memilin.

Mobil masih melaju cepat hingga Daren tak sadar sudah melewati jalan menuju kediaman Gaia. Meski tau begitu, tak ada yang mampu Gaia lakukan. Perempuan itu tak mempunyai keberanian untuk sekadar mengucap sepatah kata.

Daren kembali mendominasi hubungan mereka.

"Berani-beraninya lo mikir nggak bakal nikah sama gue. Cowok mana yang bakal lo nikahin selain gue? Udah berani selingkuh lo?"

Gaia diam.

"Nggak tau diri banget jadi orang. Masih mending gue mau sama cewek rusak kayak lo!"

Daren memukul stir, pria itu lalu menepikan mobil ke pinggiran guna menghindari kejadian yang tak mengenakan. Pikirannya sudah kalut. Benang-benang kusut memenuhi pikirannya, darah pria itu mendidih. Dan keadaanya tak baik bila memaksa untuk terus menyetir.

"Cewek sialan. Lihat gue!" Daren menarik rahang Gaia dengan kasar agar menghadap ke arahnya. "Lo paham nggak sekarang lo ini udah nggak kayak dulu lagi?"

Tidak ada sahutan. Gaia hanya menyorot penuh ketakutan sembari menangis pelan. Mata perempuan penuh trauma itu menutup lantaran tak kuasa melihat wajah kekasihnya yang tengah marah besar. Tapi sekuat apa pun mata itu terpejam, telinganya masih bisa berfungsi dengan baik. Begitu pula dengan hatinya.

Hati yang perlahan mulai membaik dan berusaha sembuh akan luka-luka, kini kembali terkoyak dan terluka lebih dalam. Hancur sudah.

Orang yang mengobatinya, ternyata adalah orang yang berpotensi besar menghancurkannya.

"Lo itu rusak Gea. Dan nggak akan ada cowok yang mau sama lo. Cuma gue yang mau sama cewek korban pemerkosaan kayak lo, jadi jangan macam-macam. Lo nggak ada pilihan lain selain nikah sama gue."

Daren menghempaskan rahang Gaia hingga menoleh sempurna ke samping. Pria itu kemudian berteriak kalap sembari keluar mobil. "SIALAN!"

Sepeninggalan Daren, perempuan yang sudah tak baik-baik saja itu mulai menangis dengan histeris. Ia memukuli dirinya sendiri, mengusap tubuhnya seolah terkena kotoran. Bibir pucat milik Gaia terus meracau tidak jelas. "Aku kotor. Kotor. Aku kotor."

Manusia memang tercipta penuh kekurangan. Dan sayangkan kekurangan yang dimiliki sepasang kekasih itu tak mampu untuk saling melengkapi.

Lagi-lagi Gaia mampu membuat Daren marah. Pria itu kini tengah mengatur emosi agar tidak kembali lepas kendali di depan Gaia meski sebenarnya percuma. Daren sudah sempurna membuat luka di hati Gaia menganga kembali.

Tidak hanya hati.

Daren sukses membuat trauma Gaia kembali lagi.

"Bajingan," desis Daren tajam. Umpatan yang dikhususkan untuk dirinya sendiri. Barulah rasa sesal memasuki relungnya hingga penuh.

Hingga 10 menit lamanya, Daren gunakan untuk menenangkan emosi sebelum akhirnya kembali ke mobil. Pria itu sudah mendapati Gaia yang penuh dengan darah segar.

Gaia melukai dirinya sendiri.

Rambut wanita itu sudah tak tertata, bibirnya pucat, keringat dingin sudah bermunculan, lengan serta lehernya penuh dengan darah segar. Kulit Gaia mengelupas, sisa-sisa kulit terluarnya hinggap di kukunya yang mulai memanjang. Perempuan itu jauh dari kata baik-baik saja.

"Gea," panggil Daren dengan nada dingin meski dalam hati pria itu penuh dengan penyesalan yang mendalam.

"A-aku kotor ya. Kamu bener Daren. Aku cewek nggak tau diri. Nggak ada yang mau sama aku. Aku nggak pantas hidup."

Gaia kembali menarik-narik rambutnya namun berusaha ditahan dengan tangan Daren yang besar nan berurat. Tubuh kecil perempuan itu lalu dibawa masuk ke dalam dekapan hangat milik Daren. Dibenarkan letak rambut kekasihnya, Daren terus membisikkan kata maaf.

"Maaf."

Dan itu adalah kata maaf pertama yang dikeluarkan oleh seorang Darenio Skalena Aldevara. Orang dengan beribu kekurangan yang terbungkus dalam visual yang sayangnya menawan.

TBC
1339 kata

kapan kapan lagi ya
follow navyy40

paipai sayangkuuu🖤❤️✨

25 Febuari 2024

Darenio [ON GOING]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin