(S2) 6. Apa Itu Ayah?

Mulai dari awal
                                    

"Lebih baik, gua sumbangin semua duit gua ke panti asuhan atas nama nenek daripada dikasih ke orang kayak lo." Tak ada nada lembut disetiap kata yang terucap oleh bibir Singto, tak ada ekspresi wajah lembut disetiap detiknya Singto berbicara. Begitu dingin dan penuh penekanan.

Dari belakang, Dimar hanya menyimak entah pertengkaran atau apapun itu yang terjadi diantara Singto dan ayahnya tersebut.

'Bukh'

Satu tinju mentah dari Gawin mendarat begitu keras di pipi Singto.

"Dia ayah lo Bang!" Teriak Gawin yang terdengar hingga ke lantai 2, dan membuat Krist langsung tersentak dari tidurnya.

"Ayah, apa itu ayah?" Ujar Singto dengan wajah remeh.

"Ayah, orang yang udah ninggalin gua saat gua umur tiga bulan. Itu yang lo sebut sebagai ayah hah. Lo pantes nyebut dia sebagai ayah lo, tapi gua gak akan sudi nganggap dia sebagai ayah gua." Ujar Singto dengan penuh penekanan sambil memegangi pipinya yang terasa berdenyut.

'Cuih'

Singto meludah di depan Gawin dan ayahnya.

"Bukannya ayah itu orang yang memberikan lo kasih sayang, seorang ayah gak pernah mungkin ninggalin anaknya sama neneknya di usia rentan. Itu yang pantas disebut sebagai ayah hah?!" Dengan emosi yang menjadi, nafas memburu karena emosi, Singto mengepalkan tangannya, mata Singto mengilat tajam.

"Tapi, karena dia lo ada di dunia ini Bang!" Masih dengan teriakan Gawin tak kalah emosi dengan Singto.

"Gua dulu gak pernah minta dilahirin!" Teriak Singto pun terdengar hingga ke lantai dua. Krist yang sangat penasaran dengan apa yang terjadi di lantai satu pun dengan susah payah turun dari kasur. Rasa ngilu dan perih masih setia ada di bagian bawah tubuh Krist.

"Shhh." Krist berdesis dengan tangan yang memegang pinggangnya. Teriakan masih saja terdengar mengganggu. Dengan susah payah Krist berjalan keluar kamar yang pintunya terbuka.

"Pergi kalian dari sini!" Dari lantai dua, Krist melihat Singto yang dengan wajah keras, telunjuk dengan keras menunjuk dua orang pria di depannya.

"Gawin." Ucap Krist pelan tak terdengar hingga ke lantai bawah.

"Gua enggak akan pergi, sebelum lo nerima ayah Bang."

"Arghhh!" Satu tinju dari Singto hampir saja mendarat di pipi Gawin.

"Bang!" Krist berteriak memanggil Singto yang hendak memukul Gawin. Mendengar suara dari Krist, wajah Singto langsung melembut, kepalan pada tangannya hilang.

"Dek." Ujar Singto dengan nada lembut sembari melihat ke arah Krist yang tampak sedang berdiri menatap mereka.

"Bang Krist." Ujar Gawin yang sama-sama melihat ke arah Krist. Singto dengan cepat berlari ke arah Krist, menaiki satu persatu anak tangga, hingga dia hampir saja terjatuh.

"Adek ngapain disini?" Dengan nada lembut Singto bertanya pada Krist. Kedua tangan Singto memegang bahu Krist dengan tatapan teduh mengarah ke kedua mata Krist.

"Siapa mereka Bang?" Tanya Krist sembari menatap wajah Singto. Kedua mata Singto merah, entah akan menangis, atau karena menahan amarahnya.

"Mereka bukan siapa-siapa Dek." Singto tersenyum lembut menatap Krist. Tangan Krist terulur untuk mengusap wajah Singto. Air mata yang sedari tadi Singto tahan akhirnya pun lolos begitu saja.

"Jujur sama Adek, mereka siapa Bang?" Tanya Krist lagi, tangan kanannya itu mengusap satu titik air mata di pipi Singto.

"Mereka ayah sama adik Abang." Ujar Singto sembari menunduk dan tangan kirinya terulur untuk menggenggam tangan kanan Krist yang berada di pipinya.

"Bisa bawa adek ke bawah?" Pinta Krist pada Singto. Singto pun mengangkat Krist, dan membawa Krist menuruni tangga menuju lantai satu. Semua itu tak luput dari tatapan ayahnya Singto, Gawin, juga Dimar. Melihat betapa Singto menyayangi Krist dengan begitu besar. Singto pun mendudukkan Krist di sofa ruang tamu.

"Bang Krist." Ujar Gawin dengan kaki melangkah mendekati Krist.

"Diem lo disana, jangan berani lo sentuh pacar gua." Ujar Singto dengan mata mengilat tajam ke arah Gawin, yang membuat Gawin seketika berhenti untuk menghampiri Krist.

"Kenapa Adek mau kesini, Adek istirahat aja." Ujar Singto lembut dengan posisi berjongkok menatap Krist yang terduduk di sofa.

"Adek harus tau masalah apa yang Abang hadapi." Jawab Krist lembut.

"Ini bukan masalah Dek." Jawab Singto tak kalah lembut.

"Kalo ini bukan masalah, kenapa Abang sama Gawin sampe teriak-teriak kayak tadi?" Tanya Krist.

"Mereka bukan siapa-siapa Abang."

TBC

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang