(S2) 5. Udah Bang

Start from the beginning
                                    

"Bang." Ujar Krist, Singto melongok kan wajahnya.

"Kenapa Dek?" Tanya Singto.

"Sarapan di sini aja ya, habis itu Adek mau tidur." Pinta Krist.

"Iya Dek, nanti Abang bilangin ke Bi Dimar." Singto berjalan ke arah Krist dengan membawa satu baju dan celana pendek untuk Krist kenakan. Setelah itu, dia pun memakai bajunya dan berjalan untuk keluar dari kamar.

"Bi." Ujar Singto yang melihat jika Dimar tengah memasak di dapur.

"Ia Pak." Jawab Dimar melihat ke arah Singto.

"Tolong nanti bawa ke kamar aja ya, sama nanti tolong gantiin seprei juga." Titah Singto.

"Baik Pak." Jawab Dimar.

"Ini kain pel dimana Bi?" Tanya Singto sembari menolehkan kepalanya ke segala arah untuk mencari kain pel.

"Mau apa Pak?" Tanya Dimar.

"Saya mau pel lantai kamar." Jawab Singto, memberitahukan alasannya mencari kain pel.

"Biar nanti saya aja Pak." Tawar Dimar.

"Nanti Bibi jijik liat sperma saya bercecer di lantai."

"Enggak lah Pak, biar nanti saya aja."

"Baiklah Bi kalo begitu. Saya naik dulu ya Bi. Emhhh itu sarapannya jangan lama-lama ya."

"Ia Pak, ini sebentar lagi selesai."

"Oke Bi." Ujar Singto, Singto melenggang pergi dari area dapur, dan menemukan jika Krist tengah tertidur di sofa.

"Dek." Ujar Singto sembari menepuk pelan pundak Krist untuk membangunkan sang kekasih. Tampaknya Krist terlalu kelelahan karena Singto tak berhenti untuk menghunjam anal Krist.

"Dek." Kembali, Singto membangunkan Krist lagi.

"Emhh." Krist bergumam dan membuka matanya dengan berat.

"Jangan tidur dulu, sarapan dulu."

"Gua ngantuk Bang, lemes juga ini badan." Ujar Krist parau.

"Iya, nanti tidurnya, sarapan dulu Dek." Ujar Singto, Krist hanya menggelengkan lemah kepalanya.

"Adek enggak lapar Bang."Ujar Krist lemah, Singto menyentuh kening Krist, takut saja jika suhu tubuh Krist meningkat. Tapi semuanya normal, tidak ada yang aneh.

"Yaudah deh kalo Adek enggak mau makan, biar Abang bilang ke Bi Dimar." Ujar Singto sembari beranjak dari hadapan Krist, hendak menuju keluar kamar. Sebelum akhirnya pintu kamar diketuk oleh Dimar. Singto membuka pintu kamar dan melihat jika Dimar membawa sebuah nampan dengan dua porsi makanan.

"Katanya Krist gak mau makan Bi, tapi tolong simpen aja ya di dalam." Titah Singto.

"Baik Pak." Dimar mengangguk, lalu membawa makanan yang dia bawa ke atas meja di samping kasur Singto. Setelah itu, Dimar pun mengepel lantai kamar Singto dan mengganti seprei.

Krist tampak tak terganggu dengan aktifitas yang ada di sekitarnya. Dengkuran halus makin terdengar berirama. Singto pun mengangkat tubuh Krist dengan hati-hati, takut kekasihnya akan terganggu. Membawa tubuh Krist ke atas kasur yang spreinya telah diganti, menyalakan AC, dan menutupi tubuh Krist dengan selimut. Singto pun merebahkan dirinya di samping Krist dan mulai terlelap.

Dimar masih saja menyibukkan dirinya, mengerjakan semua hal yang memang sudah menjadi tugasnya. Dan beristirahat kala tak ada lagi yang harus dikerjakan.

'Tok tok tok'

"Permisi!" Ketukan pintu dan juga sapaan seorang lelaki menginstruksi Dimar yang tengah istirahat. Dimar berjalan untuk membuka pintu rumah itu.

'Ceklek'

Pintu dibuka dengan perlahan, menampilkan satu pria setengah baya dengan seorang pemuda yang berusia antara 25 tahun, atau lebih muda dari itu.

"Cari siapa ya?" Tanya Dimar sopan pada pria di depannya.

"Apa benar ini rumahnya Singto?" Tanya pria itu.

"Iya benar ini rumahnya Pak Singto, ada apa ya?" Tanya Dimar lagi. Setidaknya dia bingung, siapa dua orang tersebut.

"Bisa tolong panggilkan Singto-Nya."

"Tidak bisa Pak, Pak Singto nya lagi tidur." Dimar menolak permintaan Pria di depannya itu dengan lembut.

"Saya mohon Bu." Pria di depannya memohon pada Dimar.

"Memangnya Bapak siapa?" Tanya Dimar.

"Saya ayahnya Singto."

TBC

Jerk Roommate (S1-S3) [End]Where stories live. Discover now