"Nanti pokoknya jangan sekarang? Aku bosen tau kalau di rumah terus kalau enggak ke kampus."

"Di rumah juga kamu bisa isi kegiatan enggak diem aja. Kamu bisa lakuin banyak hal terus aku udah daftarin kamu ikut kelas prenatal yoga buat ibu hamil, ada juga tempatnya di sini."

*Prenatal yoga adalah pendekatan latihan yang multifaset yang melibatkan peregangan, penguatan, pemusatkan pikiran, dan pernapasan yang terfokus.

"Oke aku ikut. Aku enggak mau kerja kalau gitu mulai besok."

"Itu baru bagus. Aku usahain enggak ambil lembur biar bisa jagain kamu."

"Makasih banyak."

Alzena melihat sebuah boneka beruang yang cantik di laci meja. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengambil boneka itu dan memeluknya.

Azizan sedikit cemburu melihat Alzena memeluk boneka itu daripada memeluk dirinya. Tapi ia mencoba tidak menunjukkan kecemburuan itu. Ia menuju ke kamar mandi untuk mandi.

Saat Azizan kembali dari kamar mandi, ia melihat Alzena masih memeluk lengan boneka itu dengan lembut.

"Sayang, bukannya lebih baik peluk aku daripada peluk boneka itu?" kata Azizan mencoba melucu.

"Aku mau peluk kamu. Kenapa kamu nanya kayak gitu?" tanya Alzena bingung.

"Aku rasa sedikit cemburu lihat kamu peluk boneka. Seharusnya kamu peluk aku, bukan boneka itu," kata Azizan dengan nada manja.

Alzena tertawa kecil. "Maafin aku. Enggak ada maksud bikin kamu cemburu. Ayo sini, aku mau peluk kamu sekarang," ujarnya dan menghampiri Azizan lalu memeluknya erat.

Namun, Azizan masih merasa tersiksa oleh boneka itu. Ia beralih menatap lagi boneka beruang itu yang masih ada di tangan Alzena dan perlahan-lahan ia memegang tangan Alzena.

Alzena mengerti dan meletakkan boneka beruang itu di sofa. Tiba-tiba Azizan meraih boneka itu dengan tangan kanannya dan memukulnya.

"Kenapa kamu pukul boneka itu? Aku suka peluk dia," tanya Alzena.

"Soalnya itu boneka yang halangi kamu buat peluk aku. Aku mau kamu peluk aku bukan boneka itu," kata Azizan dengan nada bercanda.

Alzena hanya bisa tertawa melihat kelakuan Azizan yang cemburu dengan boneka. Mereka berdua kemudian berpelukan erat, sambil saling melirik dengan raut wajah bahagia. Setelah itu, mereka menghabiskan malam dengan berbicara dan tertawa seperti biasa.

"Bisa-bisanya kasar sama boneka padahal sebelumnya aku enggak pernah lihat kamu kasar gitu," ungkap Alzena mengusap rambut Azizan seperti anak kecil.

"Lagi kalah sama setan, astaghfirullah maaf ya boneka," aku Azizan melirik ke arah bonekanya.

"Udah mau punya bayi. Tapi, kelakuan kamu melebihi bayi," ledek Alzena serta tergelak.

Iris Azizan menatap lurus ke arah perut Alzena. Ia kemudian membungkukkan badannya.

"MasyaAllah dua anak kesayangan abuya yang paling di nanti, abuya bakal cintai kalian karena Allah, kita bikin keluarga romantis yang dilandasi iman ya nak?" tutur Azizan.

Alzena tersenyum menanggapi. "Siap, Abuya. InsyaAllah."

***

Nampaknya sore itu, Fira dan Hikam merasakan kesejukan yang menyegarkan seusai hujan turun dengan derasnya, segala tanaman dan bunga merekah seiring embusan tiupan angin yang lembut menerpa rumah mereka. Hikam mendudukkan bokongnya di pinggir kasur

"Enggak sia-sia ternyata aku jaga diri dulu enggak kirim pesan sama yang bukan mahram tanpa kepentingan padahal itu dosa yang dianggap sepele sama orang lain," ujar Hikam.

"Sebenarnya kamu jaga diri buat siapa?" Fira mendongakkan kepalanya menatap Hikam.

"Buat diri sendiri sama buat Allah. Aku mikirnya gini kalau aku jaga diri pasti dapat kebaikan. Buktinya itu nyata kebaikan itu hadir dalam bentuk kamu, kalau misalnya ada yang dipertemukan sama yang kurang baik itu bisa dijadiin pelajaran," ungkap Hikam dari lubuk hatinya yang terdalam.

Fira mendengarkan kata-kata Hikam dengan seksama dan tersenyum bahagia. Ia merasa begitu terharu dengan ucapan hati suaminya yang begitu tulus dan bijak.

"Makasih. Aku bersyukur punya suami sebaik kamu. Aku yakin, dengan jalan yang benar dan jaga diri yang baik, kita akan dapetin keberkahan dalam hidup kita," ucap Fira sambil memandang Hikam dengan perasaan cinta yang tulus.

Hikam senang mendengar tanggapan positif dari Fira. Ia merasa semakin percaya diri untuk terus mengikuti prinsip hidupnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan moral yang baik.

"Makasih juga. Kita pasti selalu saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, bukan hanya dalam hal jaga diri tapi juga dalam setiap aspek kehidupan kita," kata Hikam sambil tersenyum penuh kasih sayang.

***

Semoga ceritanya bermanfaat ya, untuk aku sekaligus kamu ✨😻

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now