52) Sensasi Senja

901 52 7
                                    

"Mau sampai kapan ghibah terus? Kayak enggak ada kerjaan lain aja."
Ekram Arfaz

***

Azizan dan Alzena duduk bersama di teras rumah mereka, menikmati sensasi senja yang indah sambil memandangi pemandangan yang menakjubkan. Mereka saling berpegangan tangan.
"Pernah enggak kamu mikir tentang gimana orang-orang inget kita pas udah enggak ada?"

Alzena mengangguk, memandang Azizan dengan penuh pengertian.
"Ya. Kadang-kadang aku rasain takut kalau dilupain setelah pergi."

"Tapi, kalau kita benar-benar tahu seberapa cepat orang lupain kita, mungkin kita enggak akan terlalu peduli sama pandangan orang lain terhadap kita. Yang bener-bener penting adalah hubungan kita dengan Allah," timpal Azizan.

Alzena tersenyum, menggenggam tangan Azizan dengan erat.
"Kamu bener. Kita harus fokus pada hubungan kita dengan Allah dan jalani hidup dengan baik. Kita harus cintai dan hargai satu sama lain, serta beri dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita."

Mereka duduk dalam keheningan sejenak, merenungkan kata-kata mereka. Pasangan suami istri itu tahu bahwa dalam hidup ini, yang benar-benar penting adalah bagaimana mereka mencintai, menghargai, dan berbuat baik kepada sesama. Mereka menyadari bahwa warisan terbesar yang mereka tinggalkan bukanlah pandangan orang lain, tetapi nilai-nilai agama yang mereka anut dan hubungan mereka dengan Allah.

***

"Aku punya ide supaya mood kita balik," kata Hikam berapi-api.

"Apa itu?" balas Fira membalikkan tubuhnya ke arah Hikam.

"Gimana kalau kita main peran? Aku jadi detektif, kamu jadi tersangka," usulnya.

"Tersangka apa?"

"Apa aja, yang penting aku mau lakuin interogasi sama kamu."

"Oke, aku siap jadi tersangka."

Hikam berlari ke dapur dan mengambil sendok dan garpu, lalu berbalik dan menatap tajam ke arah Fira. "Baik, kamu punya alibi untuk kemarin malam?"

"Eh, kemarin malam aku, 'kan tidur sama kamu. Gimana bisa aku ngelakuin apa-apa?" jawab Fira begitu kentara polosnya.

"Bisa aja kamu keluar dari kamar dan melakukan kejahatan."

"Ngomong-ngomong, apa kejahatan yang aku lakuin?"

"Mencuri hati aku."

"Oh, hati kamu? Udah aku balikin kok ke tempatnya."

Saat Hikam dan Fira tertawa bersama, kebahagiaan mereka menyatu dalam seribu warna. Tawa mereka seperti melodi indah yang mengalun, mengisi ruangan dengan keceriaan yang tak terhingga. Seperti dua hati yang berpadu dalam irama, mereka menikmati momen kebersamaan sebagai pasangan yang saling keterkaitan untuk sama lain.

***

"Sebelum kita mulai, saya mau nanya di sini ada yang masih ghibah? Mau sampai kapan ghibah terus kayak enggak ada kerjaan lain aja?" ujar Ekram sebelum membuka tema ceramahnya.

"Ghibah itu jangan disepelekan, enggak takut masuk neraka? Enggak tertarik emang sama surga yang indah supaya enggak masuk neraka dulu? Tapi, semoga di sini pada enggak ya, kalau ada yang salah itu diingatkan bukan dijelek-jelekkan," lanjut Ekram dengan nada yang tegas.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang