60) Samar-samar

957 48 4
                                    

Dalam mimpi buruk Alzena dimulai dengan suasana rumah yang tegang dan gelap. Alzena dapat merasakan kegusaran di udara saat dia berjalan di antara koridor yang diterangi samar-samar oleh cahaya remang-remang. Dia merasa kehadiran yang buruk mengelilinginya saat dia masuk ke dalam kamar tidurnya.

Tiba-tiba, Alzena melihat bundanya berdiri di sudut ruangan dengan wajah yang penuh dengan kemarahan dan kekecewaan. Alzena merasa takut saat melihat ekspresi bundanya yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Tanpa alasan yang jelas, bundanya tiba-tiba menyerangnya dengan kekerasan fisik. Perempuan itu merasa pukulan-pukulan menghantamnya dengan brutal, menyisakan rasa sakit dan luka.

Alzena mencoba berteriak minta tolong, tetapi suaranya tidak keluar. Ia merasakan dirinya terjepit dalam keputusasaan dan kebingungan saat dia berjuang untuk melindungi dirinya sendiri dari serangan yang terus berlanjut. Dalam mimpi buruk ini, Alzena merasakan nafas panas bundanya di lehernya saat dia mencoba mencengkeram tenggorokannya dan dicekik dengan kejam.

Ketika serangan itu berlangsung, Alzena merasakan perasaan yang menyakitkan dan berkecamuk dalam hatinya. Masa gadisnya merasa frustasi karena tidak bisa menjelaskan apa yang salah dan mengapa dia harus menderita dalam kekerasan yang menyayat hati ini. Alzena ingin berlari, bersembunyi, atau melarikan diri dari mimpi ini yang mencekiknyasecara emosional.

Akhirnya, dengan segala kekuatan yang dia miliki, Alzena tiba-tiba terlempar keluar dari mimpi buruknya dan bangun dengan napas tersengal-sengal dan tubuh bergetar. Dia merasakan keringat dingin di seluruh tubuhnya sementara detak jantungnya berpacu. Alzena menyadari bahwa mimpi buruk itu adalah gambaran dari kisah nyata yang menyakitkan dalam hidupnya.

Azizan yang tidur di sebelah Alzena terbangun oleh gerakan gelisah Alzena dan suara napasnya yang tersengal-sengal. Hingga menoleh dan melihat wajah Alzena yang tampak pucat dan ketakutan. "Kamu kenapa?"

Alzena menjawab dengan lugas. "Aku... Aku baru aja mimpi buruk."

"Mimpi buruk? Perihal apa?"

"Perihal masalalu aku... masa lalu yang kelam."

"Masa lalu yang kelam? Mau cerita sama aku?"

Alzena menarik napas dalam-dalam, mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk menjelaskan mimpi buruknya. "Di mimpi itu, aku lihat bunda aku nyerang aku pakai kekerasan fisik. Aku rasa pukulan-pukulan itu hantam aku dengan brutal, rasanya sakit dan luka sampai aku dicekik."

Azizan merangkul pundak istrinya. "Maaf ya, kalau boleh tau kok bisa gitu?"

"Itu kisah nyata hidup aku. Aku pernah hampir bunuh diri sayat tangan aku sendiri gara-gara tekanan sama kekerasan yang aku alami. Tapi, aku enggak jadi lakuin itu." Napas Alzena masih memburu. Hal yang belum pernah Alzena ceritakan pada siapapun. Semuanya Alzena pendam sendiri. Bahkan Rayno sekalipun tidak tahu kalau Alzena hampir bunuh diri.

"Sayang... aku enggak tahu kalau kamu pernah mengalami hal semacam itu. Aku minta maaf." Ternyata istrinya selama ini menderita. Tapi, ia simpan dengan rapih seolah semuanya baik-baik saja.

"Enggak perlu minta maaf. Kamu enggak salah apa-apa. Aku cuma... aku cuma merasa  bersyukur udah nemuin ketenangan yang sesungguhnya ada di Allah. Itu yang buat aku masih bertahan hingga sekarang." Bibir Alzena melengkung ke atas.

"Kamu itu wanita yang kuat. Aku bangga sama kamu udah lewatin semuanya. Kita bersyukur pada Allah atas segala cobaan yang telah kita lalui dan berdoa agar kita selalu diberikan ketenangan dan bikin kita kuat." Azizan mendekap istrinya.

"Aamiin. Makasih udah dengerin cerita aku." Dekapan ternyaman Alzena dapat dari Azizan saat itu juga.

"Tapi, di sisi lain aku beruntung punya Bunda. Kalau enggak ada Bunda aku bisa apa? Banyak banget kebaikan bunda buat aku yang enggak bisa aku balas satu persatu terutama soal sholat bunda suka ingetin aku tentang itu sama nafkah juga bunda yang biayai semuanya."

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang