47) Kemuliaan Lelaki Dan Wanita

979 58 1
                                    

Hati Alzena berdegup kencang saat dia terpaku dalam ketakutan. Melihat Rezki memegang pisau membuat bulu kuduknya merinding. Dia dengan putus asa mencari cara untuk melarikan diri dari situasi berbahaya ini.

Dengan tangan gemetar, Alzena mengumpulkan keberanian untuk berbicara lagi. "Rezki, tolong dengerin gue. Ini bukan cara yang bener. Masalah enggak bisa selesai pake kekerasan. Pasti ada cara lain."

Wajah Rezki berubah menjadi marah dan frustrasi. Dia melangkah lebih dekat, pisau berkilauan dengan ancaman di tangannya. "Enggak, Alzena. Gue enggak bisa hidup tanpa lo. Gue akan lakuin apapun, bahkan jika itu berarti... mengakhiri hidup suami lo."

Hati Alzena terasa hancur. Dia tahu dia harus berpikir cepat untuk melindungi dirinya dan suaminya. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan suaranya yang gemetar. "Rezki, coba pikirin apa yang lo lakuin. Ini berujung penyesalan. Kita harus cari solusi yang damai, demi kebaikan semua orang."

Saat Alzena berbicara, dia melihat keraguan sekecil kilat di mata Rezki. Itu adalah sinar harapan kecil. Dia terus merayu Rezki, mengajaknya untuk berpikir dengan lebih baik.

***

"Astaghfirullah, maafin aku." Tanpa sengaja Hikam menjatuhkan gelas kaca.

"Enggak apa-apa. Kita bisa bersihin sama-sama."

Mereka berdua mulai membersihkan puing-puing makanan yang berserakan. Namun, saat Fira mencoba mengambil piring yang masih bersisa, dia tanpa sengaja menjatuhkan piring lainnya.
"Kita memang pasangan yang selalu ceroboh, ya?"

Fira tertawa. "Kayaknya gitu. Tapi, perasaan aku kenapa enggak enak?"

***

Suara sirene dinyalakan lewat ponsel Alzam. Rezki ketakutan menyangka kalau itu suara asli.

Dengan langkah terburu-buru Rezki meninggalkan Alzena. Alzena melihat sebuah foto yang terjatuh dari dompet Rezki. Foto itu menunjukkan mereka berdua saat masih kecil, tetapi ada sesuatu yang mencurigakan dalam foto tersebut tangan mereka memiliki gores luka yang sama.

Alzena menarik nafas lega. Ia belum siap untuk mati. Mau apa yang dibawa? Amalnya saja sedikit. Sedangkan dunia selalu berhasil membuatnya lalai.

"Kak, enggak apa-apa?" tanya Alzam sangat kalut.

"Enggak, makasih ya udah nolongin," balas Alzena.

*Flashback On

Sebelum Alzena membuka pintu perasaan Alzena sudah tidak enak. Ia menghubungi Azizan, ayahnya, mertuanya dengan terburu-buru tapi ponsel mereka tidak aktif. Dengan secepat kilat Alzena mengirim pesan pada Alzam. Biasanya Alzam tidak pernah mematikan data atau ponsel.

Alzam tahu Alzena dalam bahaya karena sebelumnya Alzena mengirimkan pesan singkat dengan kalimat singkat dan terburu-buru bahwa Rezki membawa pisau dan khawatir jika melakukan tindakan berbahaya. Alzam langsung merasa cemas dan bergegas pergi.

*Flashback Off.

Dengan berlarian Azizan akhirnya sampai di rumahnya. Ia merasa bersalah pada sang istri. Karena ponselnya mati dan Azizan tidak mengecek itu sebelum operasi.

"Zam, makasih ya," ujar Azizan.

"Sama-sama, Bang, aku pulang dulu," balas Alzam sebelum meninggalkan mereka dengan salam.

Untuk menghibur Alzena yang merasakan ketakutan karena ulah Rezki yang begitu keterlaluan. Azizan memilih membawa Alzena untuk berseluncur.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang