42) Rezeki Terindah

1.4K 70 3
                                    

"Aku boleh tanya?" Sebenarnya Alzena merasa tidak enak menanyakan hal ini.

"Boleh," jawab Azizan.

"Kalau abi sama umi itu berarti siapa kamu?" Alzena langsung merapatkan bibirnya takut dengan reaksi Azizan.

"Umi itu bibi aku sebenarnya, jadi abi juga paman aku," jelas Azizan rautnya penuh senyuman.

"Mereka tetap orang tua terbaik aku, tapi umi juga yang nyusuin aku sewaktu bayi. Jadi kamu masih mahram kok sama abi tenang aja," lanjut Azizan. Azizan bersyukur walaupun ditinggalkan kedua orangtuanya kandungnya tapi Azizan dibesarkan dengan baik.

"Terus aku sama Alzam itu sepupu. Kamu tau apa lagi biar aku ceritain semuanya?" ucap Azizan merasa tidak bosan harus berbicara panjang lebar jika itu bersama Alzenanya.

"Hmm setelah umma meninggal, selang sehari buya ikut pergi," jelas Azizan nadanya melemah.

Alzena memeluk Azizan. "Udah cukup itu pasti berat. Kamu hebat udah bisa bertahan. Maaf ya, kalau pertanyaan aku nyakitin kamu."

"Sekarang giliran kamu yang bicara, gimana kabarnya hari ini?" tanya Azizan sambil melepaskan diri dari pelukan Alzena.

"Aku? Baik-baik aja kok," jawab Alzena sambil tersenyum.

"Tapi aku tahu ada yang ganggu pikiran kamu. Kamu bisa cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu," ajak Azizan.

Alzena terdiam sejenak, lalu akhirnya ia berbicara. "Sebenarnya aku lagi bingung. Aku enggak tahu harus gimana lagi sama Rezki."

***

"Pergi sana!" usir Fira benar-benar kesal dengan Hikam.

"Kamu malu,'kan punya istri kaya aku yang udah 10 tahun nikah tapi belum punya anak?" sentak Fira dengan emosi.

"Kamu ngomong apa? Jangan mulai!" Padahal Hikam baru pulang kerja tapi Fira mengusirnya tanpa sebab yang jelas.

"Fira, kamu tahu aku pulang kerja capek, tapi aku selalu berusaha untuk kamu." Hikam berusaha menjelaskan, namun Fira tampaknya tidak mau mendengar.

"Berusaha? Berusaha apa? Berusaha membuat aku malu di depan orang lain?" Fira mengejek, air matanya mulai mengalir. "Aku udah cukup sabar, Hikam!"

Hikam merasa terpukul. "Fira, kamu tahu kita udah berusaha. Kita udah pergi ke dokter, udah berdoa, udah lakuin apa yang bisa kita bisa. Kenapa kamu nyalahin aku?"

"Tapi kenapa kita belum punya anak, Hikam?" Fira menangis, suaranya bergetar. "Apa aku yang salah? Apa aku yang enggak cukup baik untuk kamu?"

Hikam merasa hatinya hancur mendengar perkataan Fira. "Fira, kamu adalah istri terbaik. Jangan pernah merasa seperti itu. Kita bisa coba lagi, kita terus berusaha kita serahin ke Allah," ujarnya dengan lembut, berusaha meredakan emosi Fira.

***

Sekarang Azizan baru sampai di rumahnya setelah pulang dari pesantren lengkap dengan baju koko, sarung dan pecinya. Tapi, merasa tidak enak hati saat melihat tumpukan pakaian kotor mereka di kamar mandi. Alzena yang selalu sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dan pekerjaannya di luar rumah, belum sempat mencuci pakaian mereka. Namun, Azizan tidak ingin menambah beban kerja istrinya.

Tanpa sepengetahuan Alzena, Azizan memutuskan untuk mencuci baju mereka sendiri. Dia pergi ke dapur dan mencari deterjen serta segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk mencuci. Setelah itu, dia mulai mencuci pakaian mereka satu per satu, dengan hati-hati dan penuh ketelitian.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang