30. Maaf mulu

161 12 2
                                    

"POKOKNYA PAPA NGGAK MAU TAU, NIKAHKAN ANAK ITU, NGGAK USAH NAMBAHIN AIB KELUARGA" ucap paten dari Basuki dengan suara tegas.

"GABISA!" suara tegas itu menolak.

reflek Basuki melihat ke arah sumber suara tersebut.

"Maksud kamu apa Langit?" tanya Basuki merasa heran dengan cucunya.

"Kamu gak usah ikut campur, jangan memperkeruh keadaan" ucap Samudera merasa frustasi.

"LANGIT BILANG NGGAK YA NGGAK " Sarkas Langit tak terbantahkan.

Melihat putranya berbicara tidak sopan membuat Samudera naik pitam ia bangkit dari duduknya hendak menghampiri Langit.

Namun Embun lebih dulu menghalaunya.

"Langit" ucap Embun sedikit menekan ucapannya.

Melihat mamanya seperti Langit tanpa ambil pusing ia kembali menaiki tangga meninggalkan kakek dan kedua orang tuanya.

"Kenapa lagi sama anak mu itu?" tanya Basuki  heran dengan kelakuan Langit, setahu Basuki Langit bukanlah anak yang seperti itu, namun kali ini ia melihat cucunya yang berbeda.

"Gadis yang dihamili Laut, kekasihnya Langit" jawab Samudera jujur.

"Kacau, bener-bener kacau keturunan ku" kata Basuki memijat pangkal hidungnya.

"Papa serahkan semua sama kamu Sam" ucap Basuki bangkit dari duduknya.

"Pa, hapus aja Laut dari kk" saran Samudera membuat ayah dan istrinya terkejut.

"Stres kamu" umpatan itu lolos dari bibir Basuki.

"Samudera malu pa" balas Samudera.

"Nikahkan anak itu, kasian bayi sama ibunya" kata Basuki "Kalau Laut cuman mau enaknya. Papa juga dulu malu, tapi ide kamu bukan jalan yang baik" jelas Basuki

"Jangan sampai cucu papa jadi gembel awas kamu" ancam Basuki menunjuk Samudera, lalu meninggalkan tempat itu.

"Repot juga jadi orang tua" eluh Samudera menatap istrinya.

"Sabar ya" balas Embun mengelus punggung suaminya.

"Aku rela gini terus asal sama kamu mbun" kata Samudera.

"Tapi aku gak mau gini terus, cukup kita sama Laut aja" balas Embun.

..

"Lan, lo kenapa sih mukanya ditekuk mulu dari kemaren?" tanya Laut memperhatikan Bulan yang sedang sarapan itu.

keduanya sudah rapi menggunakan seragam hendak berangkat.

"Pikir aja sendiri" jawab Bulan singkat.

Setelah itu Bulan bangkit dari duduk lesehannya, hendak mengambil tas sekolahnya.

"Gue ada salah ya?" tanya Laut meraih pergelangan tangannya.

"Ck, apaan sih. Lepas ga!" Bulan yang ditanya seperti langsung tersulut emosi, hal itu membuat Laut semakin kebingungan.

"Lepas ut" ucap Bulan semakin kesal saat Laut tidak kunjung melepaskan cengkeramannya.

"Lo kalau ada masalah sama gue bilang, gak usah gini" ucap Laut.

"Lepasin!" ucap Bulan masih tidak memberikan jawaban untuk Laut.

Bulan yang semakin memberontak membuat Laut terpaksa mencengkram kuat pergelangan tangan gadis itu.

"Jawab gue" Laut menghela nafas agar dirinya tidak ikut tersulut emosi.

Bulan masih tetap tidak menjawabnya hal itu membuat Laut kesal.

Bulan untuk LautWhere stories live. Discover now