19. Di-bully.

410 30 5
                                    

"Lo mau main-main sama Bintang?" tanya Langit tidak terima.

"ASAL LO TAU, gue nggak pernah cinta sama dia. GUE CUMAN KASIAN SAMA DIA KARNA KEADAAN KELUARGANYA YANG KACAU. GUE CUMAN NGGAK MAU BUAT DIA SEDIH" jelas Laut menggebu sembari mendorong kasar pundak Langit.

"BAJINGAN LO LAUT" sarkas Langit hendak melayangkan pukulannya namun ditangkis oleh Laut.

"Bulan cinta pertama gue, dia gadis yang di pantai 10 tahun lalu" kata Laut menatap berang kearah Langit.

"NGGAK USAH NGACO" bentak Langit mencengkram erat kerah seragam milik Laut.

"Kenapa?, lo takut kan, kalau Bulan sampai jadi milik gue" ucap Laut dengan nada meremehkan.

"TUTUP MULUT LO ANJING" gertak Langit, darahnya mendidih hingga wajah dan telinganya memerah akibat menahan emosi. Demi apapun ia ingin membunuh manusia dihadapannya.

"Hahaha, dari sisi manapun lo selalu kalah dari gue Ngit" kata Laut mendorong tubuh Langit.

Laut melangkah mendekat, berbisik tepat di telinga Langit membuatnya membulatkan mata karena terkejut mendengar apa yang Laut ucapkan.

"Gue rasa dia juga udah mulai jatuh cinta sama gue. Jadi gue harap lo sadar" ucap Laut mendorong pelan bahu Langit menggunakan telunjuknya.

Laut pergi meninggalkan Langit sendiri.

Anak laki-laki yang memiliki bahu tegap itu hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Gue pastiin, kali ini gue nggak akan kalah dari lo" batin Langit sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Setelahnya ia beranjak meninggalkan ruang ganti.

Baru beberapa langkah ia berjalan hendak menuju ke kelasnya. Namun tiba-tiba tubuhnya di tabrak oleh sosok cantik, dengan gerakan cepat Langit menarik tubuh yang hendak tersungkur itu ke pelukannya.

"S-soryy" ucapnya mendorong pelan tubuh Langit.

"Bintang" kata Langit memperhatikan Bintang yang masih sibuk dengan buku-bukunya yang terjatuh ke lantai.

"Lo gapapa?" tanya Langit ikut berjongkok membantu membereskan buku-buku yang terjatuh.

"Eumm, iya gapapa" jawab Bintang cepat.

Langit berdiri namun di detik itu juga Bintang hendak berdiri membuat pucuk kepalanya menubruk dagu milik Langit.

"Aww.." ringisan itu keluar dari bibir Bintang membuat Langit reflek mengusap pucuk kepalanya.

"M-maaf, mana yang sakit? " tanya Langit masih memeriksa pucuk kepala Bintang.

Bintang mencengkram lengan Langit untuk menyingkirkannya, Bintang menatap laman mata laki-laki itu.

"Jangan pernah sok peduli ke gue, l-lo sama brengseknya kayak Laut" kata Bintang, air matanya sudah membendung.

Sekuat tenaga Bintang menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Bin?" panggil Langit memegang kedua pundaknya.

"Semua orang jahat, mama, Laut, Bulan, bahkan lo juga ninggalin gue disaat gue ada dititik paling rendah. Gue capek, gue udah muak" tangis Bintang mulai menggebu.

Langit tercengang melihat Bintang yang sudah terlihat putus asa, karena merasa tidak tega ia memeluk tubuh rapuh milik Bintang.

"Gue bakal selalu ada buat lo, gue janji" bisik Langit tanpa melepaskan pelukannya.

Bintang mendongak melihat Langit dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Tinggalin Bulan demi gue" kata Bintang membuat Langit terkejut ia menggeleng pelan tidak percaya.

Bulan untuk LautWhere stories live. Discover now