16. Gembel

378 32 5
                                    

Brukk

"Akhh" ringisan berhasil lolos dari bibir Laut ketika ia di dorong ke belakang, sehingga bahu bagian kirinya terluka akibat menghantam lemari kaca hingga pecah.

Kini kondisi Laut tidak jauh seperti orang yang di aniaya.

"Paa" lirih Laut melindungi perutnya ketika Samudera menginjak-injak tubuhnya secara membabi-buta.

"KAMU HANYA MEMBUAT MALU LAUT, SAYA MENYESAL MEMBESARKAN KAMU" teriak Samudera meraup wajahnya.

"Buat masalah apa lagi kamu hah?" tanya samudera menarik kasar kerah seragam Laut.

Embun sendiri hanya menangis ia tidak punya nyali untuk membela anaknya.

Laut hanya diam dalam tangisnya, tubuhnya terasa remuk bahkan untuk berbicara rasanya sakit semua.

"JAWAB SAYA BANGSAT" sentak Samudera karena tidak mendapat jawaban dari Laut.

"Kenapa kamu tidak seperti adik mu?, cukup nikmati uang saya dan berhenti buat masalah Laut" kata Samudera mengeraskan rahangnya.

Samudera melepaskan cengkeramannya pada kerah seragam milik Laut, setelahnya ia merapikan seragamnya anaknya yang terlihat lusuh akibatnya.

"Jawab papa nak, apa kamu punya musuh?" tanya Samudera mencoba setenang mungkin.

Laut hanya menggeleng menjawab pertanyaan Samudera.

"Terus, dia siapa?, kenapa dia nyerang kamu?. Kamu tau Laut, SAYA PALING TIDAK SUKA DI PANGGIL KE SEKOLAH" ucap Samudera menatap nyalang ke arah Laut.

Samudera punya trauma sama kata 'panggilan orang tua murid' nanti dibahas next part.

Air mata Laut kembali turun, mati-matian ia tidak menangis dihadapan Samudera namun semuanya sia-sia nyatanya dia memang selemah itu.

"I-izinin Laut kerumah sakit pa, L-laut mohon. Setelah itu papa bebas mau apain Laut" kata Laut berlutut dengan isakan yang tak henti.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab saya Laut?" jawab Samudera berjongkok menyamakan posisinya dengan Laut.

Laut menatap penuh sesal ke arah Samudera.

"Maafin Laut pa" lirih Laut menunduk.

"D-dia kakak dari g-gadis yang Laut hamilin" jawab Laut kemudian menghirup oksigen, dirinya seperti habis tenggelam didasar Laut kemudian kembali kepermukaan untuk bernafas dan kembali ditenggelamkan didasar Laut.

"Apa?" tanya Samudera berdiri.

Pria 42 tahun itu mengigit kasar bibirnya sendiri.

Samudera tidak bisa berkata melihat Laut, detik kemudian ia menghantamkan kepala nya sendiri ditembok berkali-kali sehingga darah segar mengalir dari dahinya.

"SAM BERHENTI!" teriak Embun dengan isakan setelahnya ia peluk suaminya mencoba menenangkan walaupun Samudera meraung-raung.

"Sam, t-tenang" titah Embun menangkup pipi suaminya.

plak

plak

plak

Samudra menampar pipinya sendiri berkali-kali ia terlihat seperti orang gila.

"Ini mimpi kan, sayang?" tanya Samudera menyeka air matanya.

Embun hanya menangis tidak mampu menjawab pertanyaan suaminya.

"Tampar aku mbun, TAMPARR!" titah Samudera menarik tangan Embun dan ia arahkan ke arah pipinya.

"Arghhh, SIALL" teriak Samudera.

Bulan untuk LautWhere stories live. Discover now