21. Hampir tewas.

297 20 2
                                    

"Lo berdua korban" kata Langit.

"Asal lo tau, gue bakal ngelakuin apapun supaya Laut tetep jadi milik gue, inget itu" gertak Bintang meninggalkan Langit begitu saja.

"Lo keterlaluan bin" ucap Langit, menatap Bintang yang hendak pergi.

"Gue keterlaluan?" tanya Bintang berbalik  menunjuk dirinya sendiri "dunia yang keterlaluan bukan gue" ucapnya dengan suara yang tercekik.

Langit sendiri tidak bisa berbuat banyak ia hanya menunduk dalam diam, toh apa yang di bilang Bintang ada benarnya, dunia ini cukup keterlaluan untuk gadis seperti Bintang.

.

"U-udah nggak tahan, sakit" eluh Bulan di pelukan Laut.

"Tahan sebentar lagi ya" ucap Laut mengelus surai hitam milik Bulan.

"Rasanya mau keluar ut, udah gak kuat" rengekan Bulan terdengar begitu lemah.

Air matanya jatuh melihat gadis dihadapannya menahan rasa sakit, ia menangis tanpa alasan, ia merasa semua ini salahnya (ya emang salahnya sih, tapi ya gimana juga namanya orang khilaf).

"Jangan tidur dulu, tahan ya" bisik Laut lembut di telinga Bulan, sedangkan sang empu hanya menggeleng lemas.

Beberapa menit kemudian taksi yang mereka tumpangi tiba di rumah sakit, beberapa suster datang menyambut Bulan dan langsung melarikan Bulan ke UGD.

Laut terduduk lemas dikursi tunggu, ia menyeka keringat yang membanjir pelipisnya, seraya menunduk memanjatkan segala doa untuk keselamatan Bulan dan calon anaknya.

Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya seraya menyodorkan botol air mineral.

"Minum dulu biar nggak tegang" ucapnya.

Laut mendongak untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian ia terima botol tersebut dan meminumnya dalam beberapa teguk.

"Jelasin" titah Laut menatap putus asa ke arah Bara.

Sebelum bercerita ia mengelus punggung tegap milik Laut, lalu tersenyum kecil kepadanya.

"Klo lo mau Bulan selamat kedepannya, saran gue mending selesain dulu masa lalu lo" ucap Bara.

Mengerti arah pembicaraan Bara, Laut pun hanya geleng-geleng kepala tidak percaya.

"Lo jangan asal nuduh" ketus Laut menyingkirkan tangan Bara yang menurut sokab.

"Percaya ga percaya itu urusan lo" balas Bara dengan santainya.

"Lo ada Bukti?, klo emang Bintang yang nyakitin Bulan?" tanya Laut menautkan alisnya.

Bara mengangguk santai.

"Gue ga bermaksud ikut campur, tapi anggap aja gue saksi" jawabnya menyodorkan ponsel milik senja yang berisi beberapa foto yang menunjukkan bahwa Bintang benar-benar pelakunya.

Seketika darah Laut berdesir, hingga membuatnya sedikit pusing.

Ia mencoba untuk tidak percaya, tapi di foto tersebut dengan jelas tampang Bintang yang menuangkan sesuatu kedalam makanan milik Bulan.

Brakk...

(anggap aja itu bunyi tembok ditonjok ya, soalnya gatau ngetiknya kek mana)

Dengan penuh kemarahan ia meninju tembok yang berada dirumah sakit, membuat beberapa perhatian menuju ke arah mereka berdua.

"Tahan" cegah Bara.

"Ini semua salah gue bar" sesalnya mencengkram kuat rambutnya.

Laut seperti orang kesurupan, bahkan ia menyakiti dirinya sendiri dengan menonjok dadanya untuk menghilangkan rasa sesak atas kesalahannya.

Bulan untuk LautWhere stories live. Discover now