15. Salah paham

389 28 7
                                    

Brakkk...

Suara pintu yang dibanting mengalihkan duniaku~candaa.

Suara bantingan pintu yang nyaring membuat seluruh anggota OSIS yang sedang melaksanakan rapat untuk kegiatan bansos, teralihkan, terganggu, dan terusik.

"Lo" tunjuk siswa tersebut ke arah Langit, dengan penampilan yang jauh dari kata rapi.

"Gue tunggu di atap" ucapnya datar dan menatap tajam kearah Langit.

"LIAT APA LO SEMUA?" sarkas nya ketika melihat semua mata tertuju pada nya, dengan gaya pembuat onar nya ia berjalan pergi sembari menyisir rambutnya kebelakang.

Kini semua mata tertuju ke arah Langit. Menatap herman kepadanya, mungkin mereka bertanya-tanya? kenapa bisa orang seperti Langit punya masalah ke orang lain~ terlebih lagi orangnya Helios.

ckck, sungguh diluar Nurul....

"Lam, gue izin ke toilet dulu ya" ucap Cahaya melepas kacamatanya lalu berlari meninggalkan ruang OSIS.

Langit hanya menghela nafas beratnya, Sumpah demi Tuhan dia benci masuk dalam keadaan seperti ini.

Melihat keadaan Langit yang sedang tidak baik-baik saja membuat Alam peka.

"Rapat dilanjut besok, sekalian buat laporan untuk acara bansosnya. Sekarang kalian bisa balik ke kelas masing-masing" kata Alam dengan jiwa kepemimpinannya.

Setelah para OSIS lainnya meninggalkan ruang OSIS kini Bara bersuara.

"Kenapa lagi?" tanya Bara meneguk minuman nya.

Alam hanya diam memperhatikan keduanya.

Dengan helaan nafas yang kesekian kalinya akhirnya Langit menceritakan semuanya mulai dari A sampai Z.

"Jadi. Lo rela, tubuh lo jadi samsak kemarahan bang lios?" tanya Alam memicingkan matanya.

"Gue kira lo pinter Ngit, ternyata ada bodohnya juga" ucap Bara menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Menurut hasil kesimpulannya mengenai cerita yang dibawakan oleh Langit, Bara menyimpulkan bahwa Langit GOBLOKNYA KEBANGETAN, bisa-bisanya dia diem aja dan nggak mau ngejelasin ke Helios kalau dirinya nggak salah melainkan Helios yang salah paham.

"Gue saranin lo ke atap sekarang, jelasin semuanya" ucap Alam menekan kata 'jelasin'.

"Maunya gue gitu, tapi gue nggak tau mau mulai dari mana" jawab Langit menghembuskan nafas~ terakhirnya.

"Mulai dari munculnya y+x" jawab Alam merasa jengkel terhadap Langit.

"Gue, cabut dulu ada urusan" ucap Bara setelah mendapat notifikasi dari seseorang .

"Lah bocah mau kemana?" tanya Alam mengerutkan keningnya.

"Nanti gue balik, tenang" jawab Bara berlari pergi sembari membawa kotak bekal di genggamannya.

"Lagi kasmaran tuh bocah kalik ya?" ucap Alam melihat punggung Bara yang hilang ditelan oleh perempatan koridor.

Yahhh Senja NT, hahaha.

...

Bugh.

Brakk.

Pukulan itu mendarat di pangkal hidung Langit yang mancung seperti perosotan di waterpark .

"Akhhh, shhh" ringisan itu keluar dari bibir Langit, INGET RINGISAN!!!.

"Bang berhenti jangan pakek KEKERASAN, lo dengerin dulu penjelasan dari Langit" kata Alam sedikit meninggikan suaranya.

Bulan untuk LautWo Geschichten leben. Entdecke jetzt