12. Status Ayah

495 29 9
                                    

"Bajingan lo" umpatan itu keluar dari mulut langit matanya menatap penuh kebencian kepada sang empu.

"Sorry" hanya itu yang terdengar dari bibir  cowok dihadapan langit.

Bruk..

"Ahh, sakit"

Sontak Laut dan Langit menoleh serempak kearah suara.

"BULAN.."

Teriak keduanya Laut langsung berlari sedangkan Langit mencoba berlari walaupun langkahnya sempoyongan.

"Lo gapapa?" tanya Laut berjongkok memeriksa keadaan Bulan.

"Lan, kamu gapapa?" tanya Langit ikut berjongkok disamping kanan Bulan.

"Eghh, perut aku sakit" ucap Bulan meringis meremat perutnya dan nafasnya terengah-engah.

"Sakit Ngit" eluh Bulan menatap Langit matanya sudah berkaca-kaca dengan kening mengerut menahan sakit.

"Naik, ke punggung lan" kata Langit yang sudah berjongkok dan bersiap dihadapan Bulan, namun Laut dan Bulan hanya mampu bertatap mata kemudian menoleh kearah Langit yang sempoyongan.

"Gila lo" sarkas Laut mendorong lengan kiri Langit sehingga cowok itu tersungkur kesamping kanan karena tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya.

"Maksud lo apa?" tanya Langit balas mendorong.

"Lo sinting atau bego, jalan aja kek zombie mau gendong Bulan" jelas Laut menelisik adiknya.

"Ya masalahnya apa gue bisa gedong Bulan" balas Langit nyolot.

"Otak pinter lo tuh dipakai, jangan buat ngitung rumus fisika doang, kalau nanti sampai tengah jalan lo sama Bulan...."

"Shhh, bundaa" eluh Bulan sudah meneteskan air matanya.

Tanpa banyak aksi Laut segera menggendong Bulan ala bridal style kemudian lari menuju tepi jalan untuk mencari taksi.

Langit hanya bisa mengikuti dari belakang dengan langkah lunglainya.

"sialan" batinnya.

Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk menuju kerumah sakit terdekat.

Kini Bulan terbaring di atas brankar dengan keringat yang membanjir pelipisnya.

"Jangan sampai kecapean ya lan, untuk kondisi janin kamu, bagus, baik semua dan usia kandungan sudah masuk 8 minggu" jelas Bram dokter yang saat ini sedang menanganinya.

"Iya om" jawab Bulan.

Om?, jawaban itu membuat Laut dan Langit bingung menatap bergantian dari Bulan ke Bram dalam beberapa detik.

"Walinya bisa kemari, untuk melihat perkembangan janinnya" ucap Bram kepada keduanya.

Dengan cepat keduanya maju mendekati monitor, membuat Bram menatap heran dan mengerutkan dahinya.

"Saya walinya" jelas Langit.

"Saya juga dok" sela Laut tidak mau kalah sembari menatap sengit kearah Langit.

"Jadi?." Bram bersuara.

"Saya pacarnya dok" ucap Langit dengan entengnya menatap serius kearah Bram.

"Saya yang ngehamilin Bulan dok" ucap Laut maju satu langkah sembari memegang lengan Bram.

Bram hanya menghembuskan nafas berat mendengarnya, dirinya sudah cukup pusing hari ini terlebih lagi mengetahui fakta bahwa Bulan sedang hamil diluar nikah dan kedua remaja cowok dihadapayn sungguh membuat jengah demi apapun ingin Bram telan hidup-hidup.

Bulan untuk LautWhere stories live. Discover now