24. Keresahan Dylan

122 19 0
                                    

Dylan dan Alexa mendatangi sebuah jembatan yang terkenal di Zermatt, Kirchbrücke

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dylan dan Alexa mendatangi sebuah jembatan yang terkenal di Zermatt, Kirchbrücke. Beberapa orang singgah untuk mengambil foto puncak gunung Matterhorn yang berselimut salju abadi, berdiri dengan gagah dari kejauhan. Beberapa lagi, bersandar di tepi jembatan, berbincang sambil mencuci mata dengan pemandangan alam yang luar biasa.

“Kita duduk di sana saja,” usul Alexa, menunjuk sebuah kursi kosong berwarna merah di bawah pepohonan, yang letaknya berhadapan dengan sungai kecil di bawah Kirchbrücke.

Tanpa berpikir lama, Dylan langsung setuju dan mereka berdua pun menuruni tangga yang terletak di sisi jembatan.

Tanpa berpikir lama, Dylan langsung setuju dan mereka berdua pun menuruni tangga yang terletak di sisi jembatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alexa mendesah lega begitu tubuhnya mendarat di kursi. Tidak terasa mereka sudah cukup lama berjalan mengelilingi Zermatt, sehingga kakinya baru terasa sedikit pegal begitu menemukan tempat duduk.

Sungguh sebuah hari yang indah di Zermatt. Matahari bersinar terang, langit berwarna biru cerah, angin musim gugur menggelitik ujung hidung, kicauan burung yang sedang bermain di dahan pepohonan, serta gemericik air begitu tenang, membuat senyuman Alexa mengembang. Apakah ia pernah menikmati hari seperti ini setelah berpisah dengan mantan kekasihnya? Entahlah, ia tidak begitu yakin.

“Anna pasti senang kalau berada di sini.”

Gadis itu menoleh pada Dylan di sebelahnya. Mata laki-laki itu memicing akibat pantulan sinar matahari dari air sungai.

“Di tempat kami, dia juga punya tempat kesukaan yang sering ia datangi. Tempatnya di tepi sungai juga, suasananya bisa dibilang serupa dengan di sini. Hanya saja, tempatnya memang lebih tenang karena tidak banyak dilalui orang.”

Alexa masih mengamati laki-laki itu sesaat sebelum sebuah tawa kecil lolos dari mulutnya.

Merasa tidak ada yang lucu dari kata-katanya, Dylan memalingkan wajah pada Alexa, mencari penyebab tawa gadis itu.

“Kau memang sesuka itu, ya, pada Anna?”

Sebuah pertanyaan yang sudah sering didengar, sampai ke telinga Dylan. Maka, ia juga tidak merasa gugup lagi untuk menjawab, “Ayolah, kau ini bicara apa?”

Let a Good Thing Die [END]Where stories live. Discover now