20. Semuanya Harus Selesai

104 20 3
                                    

Tidak ingin pulang :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ingin pulang :(

Satu kalimat pada foto yang menampilkan sejumlah sapi ternak sedang menikmati rumput segar, dan sepertinya diambil dari dalam kereta, serta diunggah Alexa di akun media sosialnya, mengundang niat Dylan untuk membalas.

Mari kita rencanakan perjalanan lagi lain kali.

Setelah menyentuh tombol kirim, ponselnya diletakkan asal di tempat tidur. Dylan mengintip keadaan luar dari jendela. Saat ini, siang menjelang sore. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Ia berencana akan menyelesaikan pekerjaannya malam nanti, tetapi tubuhnya masih terasa pegal di beberapa bagian.

Bunyi notifikasi ponsel mengalihkan perhatian Dylan. Ia raih benda itu, membaca balasan pesan dari Alexa.

Bagaimana kalau lusa?
Apa kau senggang?

Sungguh tidak sabaran.
Mau ke mana?

Zermatt?

Sekilas, Dylan melihat menu kalender pada ponselnya untuk memeriksa jadwal, kemudian kembali membalas Alexa.

Jadwalku cukup padat sampai minggu depan.
Bagaimana kalau dua minggu lagi?
Apakah terlalu lama?

Tidak masalah.
Dua minggu lagi, ya?

Baik.

Satu lagi.

Apa?

Pastikan Anna ikut.

Baik, serahkan padaku.

Zermatt, dua minggu lagi. Anna pasti akan senang mendengar ini. Tanpa menunggu lama, Dylan segera mengenakan jaket tebal dan sepatunya, menuju apartemen gadis itu. Ia tidak tahu apakah Anna sudah pulang dari bertemu klien atau belum, tetapi itu bukan masalah besar. Dylan bisa menunggunya sambil berbincang ringan dengan Philip dan Joan.

Sebelah tangannya terulur untuk menekan bel. Namun, belum sempat Dylan melakukan itu, pintu sudah terbuka dengan kasar. Anna muncul dengan penampilan yang berbeda. Rambut bagian atasnya diikat dengan sebuah pita, sedangkan bagian bawahnya dibiarkan tergerai bergelombang. Sentuhan rias sederhana menonjolkan garis wajah khas Eropa milik Anna.

Selang sepersekian detik, sebuah seruan yang tidak asing terdengar dari dalam, "Anna, tunggu!"

"Nick?" gumamnya. Bagaimana Nick bisa berada di apartemen Anna?

Pertanyaan sudah ada di ujung mulutnya, tetapi Anna menundukkan kepala, kemudian ia pergi sambil berlari kecil. Dylan memandang Nick sekilas, tetapi kelihatannya laki-laki itu tidak berniat menjelaskan perihal keberadaannya. Maka, ia segera mengejar Anna. Kali ini, tidak boleh ada yang disembunyikan lagi.

Let a Good Thing Die [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang