Daisy, Mike, Dylan, dan Alexa sedang memusatkan perhatian pada sepasang pemain catur jalanan yang mereka temukan dalam perjalanan menuju Nydeggbrücke.
“Menurutmu si Biru atau Merah yang akan menang?” tanya Mike pada Dylan dengan tangan terkepal menutup mulutnya, gaya khas Mike jika sedang serius. Kebetulan sekali, pakaian yang dikenakan sepasang pemain itu senada dengan warna catur masing-masing.
“Biru. Kelihatannya dia punya taktik yang bagus.”
“Begitu? Menurutku Merah lebih hebat. Mau bertaruh?” tantang Mike.
“Boleh saja.”
Daisy tiba-tiba masuk ke dalam pembicaraan kedua laki-laki itu, “Daripada kalian bertaruh pada orang lain, bagaimana jika kalian saja yang bertanding setelah mereka selesai?”
“Itu ide bagus, karena aku tidak mungkin kalah,” sahut Dylan percaya diri.
“Aku juga tidak akan mengalah untukmu,” timpal Mike, lalu menoleh pada tunangannya. “Kau akan mendukungku ‘kan, Sayang?”
“Tentu,” jawab Daisy sambil memeluk lengan Mike dengan manja.
“Kalau begitu, kau harus mendukungku.” Dylan menunjuk Alexa yang sedang menikmati mode heningnya dan hanya berniat menjadi pendengar, secara tiba-tiba sampai gadis itu mengerjapkan mata.
“Apa? Aku?”
“Ya. Kenapa? Kau juga akan berada di pihak Mike? Kalau kau menjawab ya, kau tega sekali padaku.”
Alexa tertawa kecil. “Baiklah, aku di pihakmu,” ucapnya santai.
Dylan tersenyum puas sambil menepuk tangan sekali. “Nah, bagaimana jika begini kesepakatannya? Kalau kau menang, Mike, aku akan mentraktirmu dan Daisy apa saja, terserah kalian. Jika aku yang menang, kau melakukan hal yang sama padaku dan Alexa. Setuju?” Laki-laki itu mengakhiri aturan mainnya dengan mengulurkan tangan pada Mike.
Dengan senang hati, Mike menjabat tangan Dylan sambil menyeringai. “Setuju.”
“Ah, mereka sudah selesai,” seru Daisy riang, menepuk-nepuk bahu Mike.
Kedua laki-laki itu mengambil posisi. Dylan memilih bidak catur berwarna biru, Mike warna merah.
“Tunggu sebentar. Aku beritahu Nick dulu bahwa kita di sini.” Mike merogoh ponselnya dalam saku, mencari kontak Nick, dan melakukan panggilan. “Halo, Nick. Kami sedang bermain catur jalanan sembari menunggu kalian. Kalau sudah selesai, kita bertemu di sini, ya. Apa kau tahu tempatnya? Atau perlu aku kirimkan lokasinya?... Baik, santai saja, nikmati waktu kalian. Sampai jumpa.”
“Apa Nick memberitahu ke mana dia dan Anna pergi?” cecar Dylan begitu telepon Mike sudah terputus.
Mike menggeleng. “Tidak, dia tidak mau memberitahu.” Melihat lawan bicaranya diam dan tampak merenung, Mike berkata lagi, “Ayo, kita mulai permainannya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Let a Good Thing Die [END]
General FictionTidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Anna setuju dengan pernyataan itu. Bertahun-tahun, ia menyimpan perasaan pada sahabatnya, Dylan, tanpa diketahui siapapun. Awalnya, semua berjalan baik tanpa masalah. Ia bisa terus me...