10. Sumber Inspirasi

107 30 0
                                    


“Mike!”

Mike dan Daisy menghentikan kegiatan foto-foto mereka ketika Nick berlari kecil, menyeret koper ke arah mereka sambil memanggil dari jauh.

“Habis ini mau ke mana?”

“Mungkin berkeliling kota, sambil melihat kalau ada tempat foto yang menarik, sebelum ke Nydeggbrücke.”

Nick berdeham ringan sebelum bertanya, “Apa aku dan Anna boleh pergi sebentar? Tidak akan lama. Mungkin sekitar sepuluh atau lima belas menit.”

“Kalian mau ke mana?” tanya Daisy penasaran. Siapa tahu tempat yang akan didatangi Nick dan Anna bisa menambah daftar lokasi foto pranikahnya.

Sambil menggaruk ujung bibir, Nick berkata, “Ke… suatu tempat.”

Jawaban Nick seolah merahasiakan sesuatu, ditanggapi dengan senyuman penuh arti oleh Mike dan Daisy.

“Pergilah. Tidak perlu buru-buru. Kita masih punya banyak waktu, jadi santai saja.” Mike merangkul Nick dan bicara dengan nada yang dibuat-buat untuk menggoda sepupunya.

“Dengar, ini tidak seperti yang kalian pikirkan.”

Melihat gelagat Nick salah tingkah, Daisy pun tertawa geli. “Memangnya apa yang kami pikirkan?” Kemudian, setelah tawanya berhenti, ia kembali bicara, “Tapi…,” Daisy menjeda kalimatnya, menoleh pada Dylan dan Anna yang dari kejauhan tampak sedang berdebat, “...apakah dia tidak apa-apa?”

Nick dan Mike mengikuti arah pandang Daisy. “Maksudmu Dylan?” tanya Mike.

“Mm.”

“Ada apa dengan Dylan?” tanya Mike lagi tidak paham dengan kekhawatiran tunangannya.

“Menurut kalian, tidakkah mereka terlalu dekat untuk dikatakan sebagai sahabat atau pun rekan kerja?”

Mike kembali melihat Dylan yang sedang tertawa sementara Anna memasang ekspresi sebaliknya, sambil mencerna kata-kata Daisy barusan.

Nick akhirnya membuka suara, “Aku yakin dia tidak akan keberatan.”

***

“Hapus fotoku.”

“Tidak mau.”

“Menurutlah selagi aku masih bicara baik-baik. Hapus fotoku.”

“Tidak mau.”

“Ah, kau ini menyebalkan sekali!” Anna mengerang frustasi dibuat Dylan. “Dasar keras kepala!”

Laki-laki itu terperangah. “Apa aku tidak salah dengar? Kau yang keras kepala. Sudah kubilang, aku tidak mau menghapusnya, kau masih saja merengek,” balasnya tak mau kalah.

Helaan napas untuk kesekian kalinya keluar dari mulut Anna. Baiklah, ia menyerah. “Sebenarnya, untuk apa kau menyimpan foto jelek seperti itu?”

“Kata siapa ini foto jelek? Tidak ada foto jelek yang dijepret seorang Dylan Barth.”

“Oh, ya? Kalau begitu, kau sebut apa foto wajahku tadi?”

“Itu—”

“Hei!” Kemunculan Nick memutus omongan Dylan yang belum sempat diselesaikannya. “Mana Alexa?”

“Dia sedang ke toilet,” sahut Dylan.

Nick mengangguk-anggukkan kepala. Pertanyaan mengenai keberadaan Alexa hanya basa-basi saja karena pertanyaan utamanya adalah, “Boleh aku pinjam Anna untuk pergi denganku sebentar?”

Dylan tampak sedikit bingung. Alih-alih pergi dengan dirinya yang adalah sahabat Nick, laki-laki itu justru memilih pergi dengan Anna. “Ke mana?”

“Ke tempat kerjaku.”

Let a Good Thing Die [END]Where stories live. Discover now