23. Berlari ke Zermatt

86 18 0
                                    

Kaki kanan Alexa mengetuk-ngetuk di lantai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaki kanan Alexa mengetuk-ngetuk di lantai. Ia mengedarkan pandangan di sekitar stasiun kereta untuk mencari sosok Dylan. Meski matahari begitu terik, tetapi angin sejuk tetap berembus kencang. Musim gugur telah tiba. Tahun ini termasuk tahun terbaik bagi Alexa karena ia bisa mengawali musim gugur di kota bebas polusi, Zermatt. Di sini memang tidak terdapat kendaraan bermotor. Jika ingin bepergian, orang-orang akan menaiki mobil listrik atau berjalan kaki.

Senyum gadis itu merekah begitu menemukan orang yang ia tunggu sedang berjalan ke arahnya. Ia melambaikan tangan, Dylan pun membalas dari kejauhan. Perlahan, senyuman itu pudar, berganti dengan kebingungan ketika melihat sekeliling laki-laki itu, tidak ada tanda kehadiran Anna.

“Sudah lama menunggu?” tanya Dylan sambil membenarkan posisi tas ranselnya di pundak.

“Tidak juga.” Alexa masih celingukan berusaha mencari Anna. “Kau datang sendiri?”

“Mm,” gumam Dylan sambil mengangguk.

“Anna tidak ikut? Bukankah kau berjanji akan mengajaknya?”

Kemarin, Dylan memang bermaksud untuk menemui Anna di apartemennya. Ingin berbaikan, sekaligus membujuk kembali gadis itu agar ikut dengannya ke Zermatt. Ia menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Dylan pikir, Anna sengaja melakukannya karena masih marah. Namun, di saat yang bersamaan, muncul seorang gadis yang ia kenali sebagai tetangga sebelah Anna, berkata, “Sepertinya tidak ada orang di dalam. Beberapa hari lalu, aku sempat bertemu Anna dan keluarganya saat mereka akan meninggalkan apartemen. Katanya mereka akan ke Iseltwald.”

Gadis itu kembali ke Iseltwald tanpa pemberitahuan. Sudah jelas, ia tidak ingin Dylan mengetahui keberadaannya. Maka, laki-laki itu menjawab Alexa, “Aku sudah mengajaknya, tetapi sepertinya dia sedang ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Apa kau keberatan karena aku datang seorang diri?”

Alexa memasang ekspresi ragu sesaat. “Ah, tentu saja tidak.” Tak lama kemudian, ponsel gadis itu bergetar. Pihak hotel tempat mereka menginap, menghubunginya untuk memberitahu bahwa mobil jemputan sudah tiba. Mereka berdua bergegas mencari mobil yang dimaksud, lalu duduk diam sampai tiba di hotel.

 Mereka berdua bergegas mencari mobil yang dimaksud, lalu duduk diam sampai tiba di hotel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Let a Good Thing Die [END]Where stories live. Discover now