"Tapi aku—"
Daren tak membiarkan Gaia berucap kembali, pria itu segera memotongnya. "Kamu udah sering makan manis, ngerti nggak sih kalau makan manis kebanyakan bisa bikin diabetes?"
"Pengen tapian."
Mata pria itu menyorot tajam, wajahnya sudah berubah dingin. Daren tidak suka dibantah. "Nggak boleh. Bisa nggak sih kamu nurut sama aku? Ini juga buat kebaikan kamu."
Gaia menghela napas berat. Agaknya perempuan itu mulai sadar bahwa sifat Daren yang protektif dan tak suka dibantah masih melekat jelas. Karena sudah mengantuk dan malas berdebat panjang, Gaia memilih untuk menurut saja.
Setelah beberapa menit, notifikasi dari ponselnya berdenting, mengatakan bahwa pesanan sudah sampai dan kini berada di loby. Daren pamit sebentar untuk turun ke lantai dasar, tapi baru saja membuka pintu pemandangan tak menyenangkan langsung menyergapnya.
"Hai Daren," sapa seorang gadis tinggi dengan gas dokter kebesaran yang disampirkan pada lengannya.
Leana, gadis itu datang dikediaman Daren. Ia tampil dengan santai malam ini. Sepatu flat shoes putih, celana bahan warna hitam, serta kaus pendek warna senada. Meski outfitnya terlihat casual, kesan anggun dan elegan tetap tak bisa luput dari pesonanya.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Daren dengan suara yang pelan.
Rahang pria itu sudah mengeras sempurna hingga giginya menyatu dan menimbulkan bunyi gemeletuk. Sorot matanya berubah dingin, lewat mata pria itu menunjukkan rasa tak sukanya.
"Mau main. Gue bosen di rumah terus."
Daren menghela napas berat sekali. Pria itu memegang pundak Leana menggunakan tangan kirinya, berniat untuk mendorong kuat-kuat agar gadis itu tersungkur mengenaskan di lantai. Karena Daren pikir, berbicara dengan manusia keras kepala seperti Leana akan sia-sia saja, jadi cara kekerasan akan lebih berefek mungkin.
Tapi belum sempat niat mendorongnya itu terlaksana, Gaia sudah datang dengan wajah mengantuknya. Mata Gaia langsung berubah terkejut ketika mendapati seorang gadis berdiri di depan apartemen Daren terlebih dengan posisi tangan Daren yang masih memegang pundak Leana.
"S-sayang ...." Ia sontak mendorong Leana dengan kencang hingga gadis itu tersungkur di lantai seperti keinginan awalnya
Gaia berjalan mendekati Daren, ia langsung memeluk erat lengan kekasihnya. "Dia siapa? Kok datang ke sini malam-malam?"
Entah sadar atau tidak, suara Gaia tersirat rasa khawatir dan ketakutan yang terlihat jelas meski terbungkus dengan suara yang dipaksakan untuk terdengar galak.
"Bukan siapa-siapa," jawab Daren cepat. Sangat cepat sampai terdengar aneh.
Daren benar-benar takut jika Gaia berpikiran yang tidak-tidak tentang Leana. Tidak ada yang membuat pria itu takut kecuali kehilangan Gaia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
RandomDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...
D U A P U L U H T U J U H
Mulai dari awal