Nazea mencoba mengingat. Tapi bukannya ingat, sakit kepalalah yang ia rasakan.

"Akan lebih baik ka-"

"Kakak Ipar..." Panggil Zea memotong ucapan Elis yang terkesan memojokkannya. Elis diam, suasana seketika hening.

Nazea menatap Elis, ia mencoba menampakkan senyum tulusnya. "Aku minta maaf."

Elis menegang, kenapa tiba-tiba. "Apa maksudmu! Ka-"

"Aku tau penyebab Kakak membenciku.... Jadi aku minta maaf." Nazea berdiri seraya menunduk hormat untuk Elis.

"Aku tidak- ah... Apa yang kau maksudkan." Elis bergerak gelisah.

"Aku tau, Kakak membenciku karena Kak Liza kan?"

Elis diam, nama itu, nama yang lama sekalih tidak ia dengar. Nama yang sangat ia benci. Elis menatap Zea datar. "Apa maksudmu..."

"Aku tau... Kak sahabat dari kak Liza kan? Dan Kakak Ipar juga tau jika aku sepupu yang mirip dengan Kak Liza hm?" Zea ikut menatap wajah Elis datar. "Aku hanya ingin menyampaikan permintaan kakakku itu, dia ingin meminta maaf padamu. Tapi sepertinya tuhan lebih sayang padanya."

Elis berdiri. "Ya... Tuhan memang sayang padanya." Elis mengepalkan tangannya. "Dan ku pikir, dengan kematiannya pun belum bisa membayar segalanya."

Elis muak jika membicarakan hali ini, ia memilih pergi saja. "Kau.... Aku membencimu."

Elis berjalan keluar menuju mobilnya, ia segera masuk. Di lemparkanlah tas yang ia bawah di kursi belakang. "Cih!"

Liza, wanita itu... Wanita yang pernah menjadi sahabatnya. Dan wanita pertama yang mengkhianatinya di belakang. Wanita yang merebut calon suaminya dengan cara kotor, dan Wanita itu sangatlah mirip dengan adik iparnya. "Cih!"

Selain itu, alasan Elis membenci Zea juga karena kasta, dan yang pasti, karena mirip dengan wanita itu. Elis sangat membencinya, di tambah lagi adiknya rela meninggalkan keluarganya hanya untuk wanita sampah itu. "Cih... Apa bagusnya dia! Wanita yang dibuang oleh orang tuanya!?"

Dulu, saat mendengar kabar adiknya menikah karena sebuah kecelakaan membuat Elis kesal pada adiknya itu karena melecehkan seorang wanita. Dan pernah, Elis berada di titik dimana ia sangat excited dengan kehadiran adik iparnya. Namun semua sirna kala tau jika sepupu Liza lah adik iparnya. Dan Elis sangat membencinya, ia ingin sekali menjauhkan Zea dari Keanel.

∆∆∆∆

Setelah sepeninggalnya Elis, Nazea memilih merenungkan diri di kamarnya.

Ia masih terngiang-ngiang dengan seorang Kulin... Siapa dia? Apa benar ia yang membunuhnya? Tapi kenapa ingatan itu tidak ada?

Nazea mencoba mengingat-ingat, tapi Nihil. Ingatan itu tidak ada di dalam otaknya. Apa ini salah satu ingatan penting yang ia lupakan.

Nazea terduduk di lantai kamar di samping ranjang dengan memeluk lututnya. Ia berusaha karas mengingatnya, tapi ingatan itu tidak ada di dalam otaknya. Tapi mendengar nama itu.

"Kulin?"

Nazea memegang dadanya terasa sakit dan sesak. Apa ini hukuman untuknya? Ia tidak ingat tapi dadanya sangat sakit dan sesak.

"Hiks..." Satu isakan lolos dari bibir Nazea. Rasanya sakit sekalih, tapi otaknya tidak dapat mengingatnya.

"Hiks... Sakit sekalih hiks..." Airmata Zea berlomba-lomba untuk turun, sangat sakit.

Tapi ia tidak tau alasan rasa sakitnya.

Apa yang di katakan Elis benar? Jika ia membunuh putranya yang bernama Kulin? Pertanyaan itu berputar di otaknya, dan itu membuatnya semakin sakit.

Comeback ✔️ [End]Where stories live. Discover now