Prolog

19K 443 1
                                    

Happy Reading cegil is back!
.
.
.

"DASAR ANAK BODOH!"

Pekik wanita yang memakai dater kuning yang menatap nyala pada kedua anak laki-laki kembar yang menunduk, tak lupa dengan tubuh yang gemetar ketakutan. Kedua anak itu masih mengenakan seragam SD yang melekat pada tubuh mungil mereka.

Wanita itu menarik keras lengan salah satu dari mereka dengan kuat. Tentu saja keduanya terkejut, melihat kembaran yang ditarik dengan keras. "Jangan! tolong lepaskan kembaranku." Teriaknya dengan tegas meski ada rasa takut pada hatinya. Jantung berdebar kencang.

Wanita yang semula menarik salah satu dari mereka kini mulai melepaskan cekalan tangannya. "Kau! Kau mulai berani meneriakiku." Wanita itu mendorong bahu kecil salah satu kembaran yang berani meneriakinya.

"Siapa yang mengajarimu bodoh!" Ia mendorong anak laki-laki itu dengan keras. Sedangkan kembaran yang lainnya hanya mampu menangis ketakutan.

"Jangan! Jangan sakiti kakakku..." Gumanaya lirih dengan sesenggukan, menghampiri kembarannya yang terjelembab ke lantai.

"Kalian berdua anak yang tidak tau di untung!"

Wanita itu melihat ke samping, ada timba air yang ber isi air bekasnya mengepel. Dengan tidak berperasaan wanita itu menyiramkan air itu pada kedua anak kembarnya.

Byurrr

Brak!

Wanita itu melemparkan timbanya ke Sembarang arah.

"Karena kalian! Kalian membuat hidupku hancur!" Wanita itu menunjuk kedua anak kembar yang saling berpelukan dengan tangis keduanya.

"Beraninya kalian menangis ha!"

Wanita itu mengambil pel-pelan yang tergeletak di lantai, hendak memukulkan pada kedua anak kembar yang menjengkelkan.

"Berhenti Mom!" Teriak anak laki-laki yang lainnya.

Anak lelaki yang mengenakan seragam SD itu namun terlihat lebih dewasa dari pada kedua anak kembar. Anak lelaki itu menghampiri kedua adik kembarnya, sungguh sakit sekalih melihat adiknya yang menangis dengan pakaian yang basah.

"Abanggg...." Panggil si adik kembar.

Anak lelaki itu berjongkok dan melihat keadaan kedua adiknya. "Ada yang sakit?"

"Hahahaha......" Tawa wanita yang memegang pel pelan di tangannya.

Ketiga anak itu melihat wanita yang malah tertawa seakan tak memiliki dosa sedikitpun.

"Cukup memilukan sekalih bukan? Melihat ketiga bersaudara yang bodoh seperti kalian di sini!" Wanita itu mendatarkan ekspresinya. "Kalian anak bodoh! Rasakan ini."

Wanita itu mulai memukulkan pel-pel yang ia pegang pada ketiga anaknya.

Si sulung langsung memasang badan untuk adik-adiknya.

"Jangan Mom hikss..."

"Ku hiks... Mohon berhenti.... Hisk...."

"Rasakan ini sialan! Karena kalian hidupku menderita!" Wanita itu terus memukuli hingga.

"CUKUP MOM!" Bentak sang sulung. Nyeri di panggungnya tidak terasa sakit, namun melihat adiknya ketakutan dan Ibunya yang menggila, cukup membuatnya sakit.

Wanita itu menghentikan aksinya seolah tersadar.

Sang sulung bangkit dan menatap nyala pada ibunya. "Mommy sadar!"

Ekspresi wanita itu masih merah menahan marah. "Dasar bodoh! Kalian yang seharusnya sadar! beban!"

Nafas wanita itu memburu, ia menatap tajam pada si sulung. Si sulung yang ditatap tajam seolah hilang rasa takutnya yang malah berbalik menatap tajam pada Mommy nya.

"Mommy tau, Aku sangat muak harus tinggal satu atap dengan Mommy!" Seru sang sulung tidak tahan dengan tingkah Mommynya. "Mommy tau? Kita capek Mom! Kenapa Mommy perlakukan adik-adikku layaknya hewan!"

"Kau-"

Ucapannya terpotong oleh teriakan si bungsu kembar. "MOMMY JAHATTTT!!" Sambil menangis sesenggukan.

Si sulung menatap Mommy nya dengan sinis, penuh ketegasan dan kejujuran. "Aku kecewa Mom!"

Wanita itu memegang ganggang pel-pelan dengan kuat dan membantingnya dengan asal.

Prak!

"Kalian anak tidak tau berterimakasih! Mati saja kalian!" Pikik wanita itu seraya pergi ke kamarnya.

Brak!

.
.
.
.

_______________________________________________

Awali dengan prolog, dan akhiri dengan epilog.

Okey yorobunn, cegil is back! Jangan lupa sedekah votenya ya!

Corry kalo ceritanya agak alay dan nggak ngotak, doakan aja semoga bisa sampai END.

.
.
.
.
.

To Be Continue

Comeback ✔️ [End]Where stories live. Discover now