"Hei! Aku juga tidak ingin! Dasar Lampir tongos!"

"Apa kau bilang!" Zea berdiri tidak terima. "Kau an-akhs." Zea merasakan perih di perutnya.

"Mom!" Al menuntun kambali Mommy untuk duduk. "Bagian mana yang sakit?"

"Kenapa dia? Apa dia mencoba membuat der-"

"Sudah paman! Cukup hentikan! Mom benar-benar terluka." Kesal Al saat Steven ingin kembali menyulut emosi Nazea.

Melihat kekesalan Al, Steven jadi merasa bersalah. "Maaf..."

"Bagian mana yang sakit Mom." Tanya Al.

Nazea menggeleng mencoba baik-baik saja, padahal perutnya perih. Mungkin saat terkena kopi tadi, kulitnya sedikit melepuh.

"Jangan khawatir." Nazea tersenyum agar putranya tidak bertambah khawatir.

Cklek'

"Jangan lupa masuk-" Ucapan seseorang yang baru datang dan terhenti saat melihat pemandangan di hadapannya. Dia, Keanel.

"Presiden a-" Ucap Wakil sekertaris terhenti kala presiden diam saja. Lalu mengikuti arah pandang Presiden, wakil sekretaris terkejut.

"Kalian...." Pandangan pria itu tertuju pada Nazea. "Apa yang kau lakukan?" Keanel menatap tidak suka.

Spontan Nazea berdiri, rasanya ia ingin kabur saja. Sebelum Zea beranjak Keanel sudah lebih dahulu menghampirinya.

"Presiden." Wakil sekretaris ingin menghentikan tapi-

"Kenapa kau kemari?" Ucap Keanel dingin di hadapan Nazea. Nazea diam, ia jadi gugup.

"Ak-ak..."

"Dad! Cukup..." Al ingin membela Mommy-nya yang sepertinya ketakutan.

"Diam Kaalvian." El menatap Al dingin. Al ingin membalas tapi di hentikan oleh Nazea.

"Ini bukan salah Al... Maafkan aku, aku akan pergi." Zea ingin pergi tapi lengannya sudah terlebih dahulu di cekal.

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

Nazea ingin pergi saja rasanya, ia belum menyiapkan alasan.

"Jawab Annazea." Tekan Keanel.

"Kean... Turunkan emosimu..." Steven mencoba menengahi, tapi bukannya emosi Keanel mereda, malah ia mendapat tatapan tajam dari El.

Nazea melihat tatapan datar dari Keanel. "Aku akan menjelaskannya nanti." Ujarnya lirih.

Keanel melirik pakaian Nazea yang memang membuatnya jadi terkejut, dan apa itu... Bajunya seperti terkena sesuatu. "Seorang OG? Dan pakaimu itu..." El menggantung kata-katanya.

Nazea yang di tatap seperti itu jadi kesal dan apa itu, sebuah ejekkan? "Kau menghinaku? Apa aku begitu terlihat rendahan dan tidak setara?" Entah kenapa, ia jadi mengingat perkataan rekan-rekannya.

Nazea melirik wakil sekretaris yang terlihat bingung. Entah kenapa, ia jadi mengingat pujian Runa tadi, dan itu membuatnya kesal. "Cih...."

Keanel memejamkan matanya, kenapa Zea emosi? Tapi Keanel tetap ingin mendengar penjelasan dari Nazea. "Maksudku-"

"Aku paham." Dengan berani, Nazea menatap tajam Keanel. Ia tidak takut dengan wajah itu! "Tapi kau seharusnya mengatakan dengan nada yang lebih baik! Dasar." Yah, jika sedang emosi Nazea suka tidak sadar diri.

"Zea..." El mencoba meredakan emosinya.

"Apa! Aku sedang bekerja, kau tidak lihat pakaianku."

"Kenapa? Kau ingin mengejekku? Silahkan aku tidak peduli! Atau... Kau ingin memecat-ku hm?"

Comeback ✔️ [End]Where stories live. Discover now