38 - PENULIS YANG GAGAL

1 0 0
                                    

Sejak kejadian instagram Geesa yang diserang haters pagi tadi, sampai malam harinya, Geesa terus mengurung diri di kamar. Setelah meminta Aziel, Qiyas, Riza dan Laras membiarkannya sendiri dulu di kamar.

Awalnya ditolak keras oleh Aziel, ia sudah mengira akan terjadi hal seperti beberapa bulan lalu, saat Geesa mengurung diri karena mamanya. Dan hari ini terjadi lagi.

Geesa tidak menangis, ia justru hanya diam dan menatap kosong. Qiyas bilang, "Lebih baik dia menangis, daripada dia diam seperti itu. Itu akan lebih menekannya."

Tapi apa boleh buat? Mereka juga tidak bisa memaksa Geesa harus menangis, bukan?

Sampai saat ini Taavi belum kembali, ia masih di agensinya. Seperti yang Yabil bilang, Taavi tidak bisa pulang sebelum masalahnya selesai.

Janoo dan Hasbi terus memantau keadaan instagram mengenai postingan Taavi, dan akun Geesa. Ponsel Geesa akhirnya dipegang oleh mereka agar Geesa tidak terus-terusan membaca hal-hal yang menyakitkan itu.

"Hyung, komentarannya mulai hilang, sepertinya dihapus," ucap Hasbi yang memantau komentar pada postingan terakhir Taavi.

"Bagus deh, setidaknya anak itu benar-benar memikirkan adiknya," ucap Yabil mengenai Taavi. Tidak. Yabil tidak bermaksud menyalahkan Taavi, tapi memang pemicu awalnya adalah postingan Taavi yang akhirnya disulut oleh akun bernama dewsr_ itu.

"Eomma khawatir pada Geesa. Dia bisa menerbitkan novel itu bukan hal yang mudah, dan dia bisa menerbitkan sebanyak itu pada cetakan pertama juga karena usahanya. Bukan karena Taavi atau koneksi yang lain!" Laras kini menahan amarahnya, bagaimana tidak, dia benar-benar tau bagaimana usaha Geesa selama ini, dan mereka bilang Geesa hanya mengandalkan Taavi dan koneksi? Aish jinjja.

"Yeobo (sayang), tenanglah! Kita tidak boleh terlihat kacau di depan Geesa. Ini akan segera membaik, aku yakin. Kalaupun Taavi gagal, aku yang akan turun tangan," Riza berusaha menenangkan Laras.

Tiba-tiba ponsel Qiyas berbunyi, tertera nama Taavi di sana.

"Yeoboseyo?"

"Hyung, bisa aku minta nomor dari gadis yang berulah itu? Kirimkan padaku sekarang!"

"Ok, akan aku kirimkan melalui ponsel Geesa,"

"Gomawo (makasih) hyung."

Telepon terputus setelahnya, Qiyas membuka ponsel Geesa untuk mencari nomor yang Taavi maksud. Entah untuk apa.

"Hyung, aku akan ke kamar Geesa dulu," Aziel berucap sembari melangkahkan kakinya menuju kamar Geesa. Ia benar-benar khawatir.

Tiba-tiba ponsel Geesa berdering dan menampilkan nama Hana di sana. Karena Qiyas yang tak kunjung mengangkat teleponnya, semua pasang mata yang ada di ruang tengah itu kini menatapnya dan bertanya, "Siapa?"

"Mamanya Geesa, eomma, appa. Aku harus bagaimana?"

"Sini, biar appa yang jawab," Ucap Riza mengulurkan tangannya untuk menerima ponsel yang diberikan Qiyas.

"Halo?"

"Halo ... Loh, ini Bang Riza, ya?"

"Iya, Na. Geesanya ... Lagi pergi keluar sama anakku, kebetulan ponselnya ketinggalan di ruang tengah,"

"Oh ... Aku tadinya perlu bicara sama Geesa. Ya sudah, nanti saja aku hubungi lagi. Terima kasih,"

Tanpa menunggu jawaban dari Riza, telepon itu sudah terputus.

The Safe PlaceWhere stories live. Discover now