23 - ANOTHER PROBLEM

1 0 0
                                    

Selesai makan malam bersama, di dapur hanya tersisa Aziel dan Laras. Sementara Janoo dan Taavi berada di depan TV.

Aziel tiba-tiba memeluk Laras dari belakang. Laras yang sedang merapikan sedikit susunan piring itu terkejut. "Ziel? Kenapa?"

"Enggak, aku hanya ingin memeluk eomma," jawab Aziel dengan asal.

Laras terkekeh, ia mengusap lembut tangan anak bungsunya dan membawanya untuk duduk di kursi meja makan. "Kenapa? Mau cerita?"

"Bagaimana eomma tau?"

Laras terkekeh, "Eomma cukup mengenalmu, sayang. Kenapa?"

"Hm ... Geesa, eomma,"

"Kenapa? Geesa kenapa?" Tanpa mereka sadari, Yabil diam-diam menguping pembicaraan mereka. Tadinya ia hendak pergi ke studio, tapi ia malah duduk di tangga saat mendengar obrolan Aziel dan Laras.

"Tadi ... Aku, kan, mengikatkan rambutnya, lalu dia ada sedikit cerita,"

"Cerita apa?"

"Dia bilang ... Dulu, ia selalu diikatkan rambutnya saat mau sekolah, selalu dimasakkan bekal juga. Sekalipun permintaannya banyak dan berbeda setiap hari, Mamanya selalu memasakkannya. Tapi ... "

"Tapi?"

"Aku pikir, Geesa merindukan hal itu, eomma. Katanya, itu hanya berlangsung sampai ia kelas 6 SD, sampai saat adiknya sedang aktif-aktifnya dan mulai bersekolah. Dan eomma tau, kenapa porsi nasi Geesa selalu sedikit?" Aziel tiba-tiba bertanya. Laras menggeleng tanda tidak tau, karena ia pikir memang kapasitas Geesa hanya segitu.

"Geesa membiasakan diri untuk selesai makan lebih cepat karena Mamanya tak lagi mengiyakan permintaan Geesa perihal makanan. Eomma ... Aku melihatnya, aku melihat matanya sedih. Dia memang cukup ceria saat bercerita, tapi matanya tidak bisa berbohong, eomma. Aku ... Geesa tetap anak perempuan yang butuh perhatian lebih, kan, eomma? Hyung-ku saja semuanya tetap eomma perhatikan, kenapa Geesa tidak dapat seperti itu?" Aziel meminta penjelasan.

Laras mengerti maksud dari anak bungsunya itu. Aziel ini memang tipe yang tidak sungkan mengungkap apapun emosi yang dirasa. Tangan Laras terulur untuk mengusap lembut kepala Aziel.

"Gapapa. Geesa akan baik-baik saja. Eomma juga sebenarnya merasa bersalah karena sering meninggalkannya di rumah, tapi kalian tetap menjaganya dengan baik, kan?" tanya Laras dengan nada lembut dan Aziel mengangguk.

"Gapapa. Kalian tidak perlu terlalu menunjukkan bahwa kalian khawatir, Geesa tidak akan suka itu. Itu akan membebaninya. Cukup temani dan bantu ia saat ia butuh, ya?" ucap Laras mengingatkan.

"Iya, eomma." Aziel mengangguk layaknya seorang anak kecil yang baru saja dinasihati.

Bruk.

Terdengar bunyi barang jatuh lagi dari kamar Geesa seperti tempo hari. Yabil yang masih duduk di tangga langsung menuju sumber suara diikuti Aziel, Laras, Taavi dan Janoo.

"Kenapa? Geesa, baik-baik saja?" tanya Yabil sesampainya di kamar Geesa.

Tapi yang mereka lihat malah, Geesa yang terkejut dengan kedatangan mereka. "Eoh? Enggak ... Gapapa. Aku tidak sengaja menendang kursinya, oppa. Maaf," ucap Geesa seadanya. Ia cukup terkejut dengan kedatangan mereka. Yabil langsung membenarkan posisi kursi belajar Geesa. Laras menghampiri gadis itu dan merangkulnya.

"Gapapa? Ada yang sakit?" tanya Laras sedikit khawatir dan Geesa menggeleng.

"Gapapa, eomma."

The Safe PlaceΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα