25 - MASIH DIPATAHKAN

1 0 0
                                    

Sudah tiga bulan berlalu sejak kedatangan Geesa ke Korea, tepatnya ke kediaman keluarga Riza. Geesa sudah lebih banyak beradaptasi, tentu saja. Ia terkadang juga pergi sendiri walaupun tetap harus dijemput salah satu sepupunya. Tentu saja itu karena permintaan para sepupunya sendiri. Padahal, Geesa sudah banyak hapal jalanan sekitar sana dan jangan salah juga, Geesa itu memang pada dasarnya adalah sosok yang mandiri.

Seperti pagi ini, Taavi yang sudah siap untuk kembali shooting drama—dia sudah lulus 2 bulan yang lalu, begitu juga dengan Janoo—Taavi menunggu Geesa karena Geesa ingin pergi ke perpustakaan kota, lagi.

Geesa sudah bilang, ia bisa sendiri. Tapi Taavi tetap kukuh, "Satu arah. Biar oppa antarkan." Ok, Geesa mengalah.

Geesa baru turun dari kamarnya dengan sweater putih dengan jeans juga tas ransel kecil di punggungnya.

"Oppa, apa Kai oppa sudah datang?" Taavi menggeleng sebagai tanda bahwa asistennya—juga temannya di kampus—belum datang.

Geesa mengangguk, lalu tiba-tiba Aziel menyodorkan sebuah susu kotak coklat padanya. "Diminum, ya. Jangan pulang terlalu sore! Ingat, telepon oppa kalau ada apa-apa. Oppa pergi dulu." Benar, Aziel semakin protective setiap harinya. Bukan hanya dia, saudara Aziel yang lain juga begitu.

"Iya, oppa, tauuu. Oppa hati-hati, ya?"

Aziel mengangguk mengiyakan, "Hyung, aku pergi duluan, ada kelas pagi," ucap Aziel seraya berpamitan pada Taavi.

Taavi yang dipamiti oleh Aziel hanya mengangguk mengiyakan. Lalu tak lama, terdengar deru mobil datang dari depan rumah. "Ayo, itu pasti Kai," Taavi menggandeng tangan Geesa menuju mobilnya.

Taavi sudah menerima tawaran drama sejak dua minggu yang lalu. Begitu juga dengan Kai yang menjadi asistennya. Sebenarnya, Taavi belum terlalu butuh asisten, lagipula ia belum begitu sibuk. Tapi, karena Kai membutuhkan pekerjaan dan Taavi tau bahwa Kai termasuk anak yang rajin, jadilah ia menerima Kai.

"Geesa hari ini mau kemana?" Kai memecah keheningan dalam mobil.

"Mau ke perpustakaan kota, oppa,"

"Sepertinya kamu sangat menyukai perpustakaan kota, ya? Kamu sering sekali ke sana,"

"Hehehe ne (iya), oppa. Di sana nyaman dan tenang meskipun pengunjungnya ramai."

.

"Ingat, jangan pergi terlalu jauh, jangan pulang terlalu sore. Kalau mau pulang, kamu bisa menghubungi Kai untuk dijemput atau oppa yang lain, mengerti?" seperti biasa, setiap Geesa diantar untuk pergi, ia pasti mendengar kalimat yang serupa.

"Iya, oppa, ngerti. Oppa semangat kerjanya. Hwaiting!"

Setelah berpamitan, Geesa melangkahkan kakinya untuk masuk ke perpustakaan yang baru dibuka 1 jam lalu. Ia mengambil posisi seperti biasa. Duduk di bantalan empuk berwarna lilac dekat dengan meja kecil.

Ia duduk sejenak seraya berpikir, "Membaca dulu atau menulis dulu, ya?" Selalu seperti itu.

Tapi, bukannya menulis atau membaca, ia malah menghubungkan earphone pada ponselnya dan memutar lagu yang malah membuatnya sedikit mengantuk.

You've shown me I have reasons
I should love myself
Nae sum nae geol-eoon gil jeonbulo dabhae
Eoje-ui na oneul-ui na naeil-ui na
(I'm learning how to love myself)
Ppajim-eobs-i namgim-eobs-i modu da na
Jeongdab-eun eobs-euljido molla
Eojjeom igeosdo dab-eun Enggakn geoya
Geujeo nal salanghaneun iljocha~~

The Safe PlaceWhere stories live. Discover now