19 - INGATAN YANG TERINGAT

11 2 0
                                    

Saat di perjalanan pulang, Taavi dan Geesa mampir terlebih dahulu di sebuah minimarket. Taavi haus, katanya. Geesa menunggu Taavi dengan duduk pada sebuah bangku yang terdapat di depan minimarket.

Ia melihat sosok anak laki-laki yang tengah digandeng oleh seorang pria, sepertinya itu Ayahnya. Tiba-tiba saja Geesa teringat Ayahnya. Sudah beberapa hari ini mereka tidak bertukar kabar.

"Geesa, jangan lari-larian sayang. Nanti kamu jatuh!"

Geesa mengabaikan ucapannya. Ia terus saja berlari mengejar seekor kupu-kupu yang terbang.

"Gica mau kupu-kupu itu, Ayah!"

"Jangan lari, sayang. Nanti jat....

Bruk.

Geesa sudah lebih dulu jatuh sebelum ayahnya selesai mengingatkan untuk yang kedua kalinya. Tapi, Geesa tidak menangis sama sekali. Ia malah menatap sang ayah yang berlari padanya, dengan mata polosnya. Ia terduduk di rerumputan yang sedikit basah.

"Ya ampun, ada yang sakit? Geesa gapapa?"

"Ndapapa, tapi kupu-kupunya jauuhhh, hiks ..." Geesa baru mulai menangis saat ia ingat kalau tadi ia sedang mengejar kupu-kupu.

"Cup cup cup. Gapapa, nanti kita cari kupu-kupu lagi, ya?"

"Hiks ... Mau ... Yang ... Itu ... Hiks ... Ayaaaaahhhh!" Tio menggendong Geesa kecil dengan satu tangannya yang mengusap lembut punggung anak pertamanya itu.

"Cup cup sayang ... Nanti kupu-kupunya balik lagi, kok. Tapi Geesa jangan nangis, ya?"

Geesa masih saja menangis dalam dekapan ayahnya, mukanya ia benamkan pada dada hangat sangat ayah.

"Kita beli coklat, yuk? Mau, enggak?"

Geesa menatap sang ayah dengan mata sembab dan muka merahnya. Ia masih sedikit terisak. "Coklat? Gica boleh beli coklat?"

"Boleh, dong. Tapi habis itu langsung sikat gigi, ya? Mau?"

"Mauuuuuu"

"Geesa?" panggilan seorang laki-laki dengan suara berat itu membuyarkan ingatan Geesa.

"Eoh, oppa. Kenapa?" tanya Geesa dengan wajah terkejutnya.

"Kamu melamun? Oppa sudah memanggilmu tiga kali." Iya, dia adalah Taavi.

"Loh? Mianhae (maaf), aku hanya teringat sesuatu,"

Taavi menggangguk dan berkata, "Igo (ini), coklat untukmu," seraya mengulurkan choco bar pada Geesa.

Kenapa sangat pas dengan ingatannya tadi?

"Gomawo, oppa." Geesa berucap seraya menerima choco bar yang diberikan oleh Taavi. Taavi mengangguk mengiyakan sembari meminum minumannya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Riza, Geesa terus saja melamun. Entah kenapa, banyak sekali hal-hal yang hinggap pada pikirannya sekarang. Dari ingatannya saat kecil, saat ia merayakan ulang tahun, saat ia pertama datang ke Korea, juga saat tadi ia bertemu dengan sang idola.

Banyak hal yang terjadi pada hidupnya. Sedihnya, senangnya. Semuanya tiba-tiba bercampur pada ingatannya saat ini.

Sementara di kediaman Riza. Riza baru saja pulang dari rumah sakit, tentu saja untuk bekerja. Riza mendapati Hasbi yang tengah duduk santai di depan TV.

The Safe PlaceWhere stories live. Discover now