32 - JALAN YANG TERBUKA

1 0 0
                                    

Satu minggu sudah berlalu sejak hari ulang tahun Geesa.

Tenang saja, keluarga Geesa di Indonesia ada memberinya ucapan dan doa untuk berkurang waktu hidupnya itu. Ya, walaupun hanya Riko dan Ayahnya yang berbicara di telepon, itupun karena Riza yang menghubungi lebih dulu. Tak apa, selama mereka baik-baik saja di sana, itu tak masalah, pikir Geesa.

Geesa kini berada di perpustakaan rumah, duduk menghadap laptop ditemani sekotak susu coklat.

Tiba-tiba Orion duduk di sebelahnya dan bertanya, "Bagaimana tulisanmu?"

"Tulisan yang mana? Yang aku publish atau yang sedang aku terjemahkan?"

"Hahaha, dua-duanya, Geesa," jawab Orion dengan lembut.

"Yang sudah aku publish, pembaca dan vote-nya terus bertambah, oppa. Kalau yang sedang aku terjemahkan ini sudah 80%-nya,"

"Wah, daebak (keren)!" Ucapan Orion berhasil membuat Geesa tersipu malu.

"Hahaha, oppa mau ke Museum Art. Kamu mau ikut?"

"Museum Art?"

"Eung, oppa bosan, jadi mau pergi ke sana,"

"Ikuuuuttt!" Geesa berseru dengan semangat.

"Hahaah, ayo!"

.

"Ternyata benar kata eomma, Orion oppa berubah menjadi namja, bukan seorang oppa hahaha," batin Geesa sembari memerhatikan Orion. Orion benar-benar memberikan kesan You're on date with me.

Jika tau begini, Geesa akan sering-sering meminta ikut bersama Orion mulai besok. Ingatkan ia nanti.

Geesa mengendarkan pandangannya pada seisi museum, benar-benar indah. Benar-benar seperti Orion.

Geesa yang tidak terlalu mengerti, tentu hanya menganggap hal-hal yang ada di sana itu cantik, lucu dan unik.

"Oppa, kenapa suka pergi ke museum?"

Orion menatap Geesa lembut, "Karena nyaman dan tenang,"

"Nyaman dan tenang?"

"Kamu tau, semua orang pasti punya sesuatu yang ingin diungkapkan. Tetapi bukan melewati suara atau ucapan. Banyak cara orang untuk mengekspresikan perasaannya, salah-satunya melalui pajangan-pajangan di museum ini,"

Geesa terkesima, pemikiran Orion benar-benar terlampau jauh dari Geesa yang mudah stuck.

Orion terkekeh saat melihat Geesa hanya menatapnya dengan diam. "Kamu tidak perlu mengerti semuanya, cukup nikmati dan ikuti oppa, mengerti?"

"Hehehe, ne."

Geesa dan Orion kembali mengitari museum yang luas itu, melihat pajangan 2D sampai 3D. Geesa yang mendadak menjadi sosok yang mudah penasaran itu terus menanyakan makna-makna dari pajangan yang ada pada Orion. Orion dengan sabar dan lembut terus menjawabi semua pertanyaan Geesa.

Tangan kiri Orion tak jauh-jauh dari Geesa. Entah menggenggam, entah merangkul dan mengusap kepala gadis itu. Benar-benar menis.

"Oppa, kenapa ini semua bisa masuk museum? Kan, enggak semuanya paham sama maknanya," tanya Geesa lagi.

"Haha, itulah namanya seni. Mereka tidak menuntut semua orang untuk mengerti dan paham. Mereka hanya ingin memberikan perasaan yang ingin mereka sampaikan," ucap Orion berusaha membuat Geesa mengerti.

Geesa hanya mengangguk-anggukkan kepala, entah dia mengerti atau tidak.

"Sama seperti menjadi penulis, adek. Kamu tidak bisa meminta semua pembaca mengerti. Kamu cukup tuliskan saja tulisan yang ingin kamu ungkapkan. Setiap orang pasti punya pemahaman yang berbeda. Kamu tidak perlu membuat mereka mengerti dengan jelas, cukup beri jalan agar mereka mengerti dengan sendirinya,"

The Safe PlaceWhere stories live. Discover now